14. Sidang

5.9K 631 6
                                    

Salah satu ketakutan datang ke kampus adalah bertemu teman seangkatan sidang duluan.

-Mahasiswa yang insecure.


Semalaman karena terlalu asyik menonton konser dan nongkrong dengan Mas Danis aku sampai lupa mengecek pesan WhatsApp ku. Ada pesan dari Gilang semalam tidak kubalas. Apakah sebaiknya kubalas sekarang saja ya? Tapi kan sudah lewat semalaman, dia mungkin juga lupa kalau mengirimiku pesan.

Aku menghitung dengan sepuluh jariku, balas, tidak, balas, tidak. Sampai jari yang kesepuluh jatuh pada TIDAK. Okelah tidak usah dibalas. Aku menunggu dengan sabar di kursi panjang depan ruangan Pak Pram pagi ini. Beliau sedang ada rapat sehingga aku harus menunggu sekitar satu jam. Namun, karena aku tidak punya tujuan lain jadi aku putuskan untuk tetap disini saja.

Suara gaduh beberapa mahasiswa perempuan yang melewati lorong tempatku duduk pun perlahan makin mendekat. Terlihat sekitar empat perempuan beberapa diantaranya mengenakan hijab sedang berbincang asik sepanjang jalan. Membicarakan tentang seorang dosen sepertinya.

Dari ujung lainnya dua perempuan dan laki-laki berjalan santai membawa buket bunga dan buket snack yang dihiasi dengan pita warna merah. Mereka berhenti di sayap kanan gedung yang masih bisa terlihat dari sisiku.

"Selamat ya Kak Frey! Cieee lulus!" sebuah suara perempuan dari ujung sana disusul dengan suara-suara dengan ucapan senada membuat depan ruangan pertemuan riuh.

Aku yang penasaran melongok ke sumber suara itu. Siapa ya? Oh itu Frey. Aku bergumam dengan diri sendiri. Frey adalah teman sekelasku, rupanya dia sudah selesai sidang dan lulus. Wah senangnya. Andai aku.

Aku menunduk menatap perkamen kertas tebal di tanganku. Oke aku kan sambil kerja ya, wajarlah kalau agak terlambat lulusnya. Wajar nggak sih? Huh. Aku ingin kabur dari sini takut Frey melihatku. Aku hanya lelah menjawab semua pertanyaan retoris yang pasti dilontarkan Frey.

"Kinan?" Suara lantang seseorang yang aku bisa tahu itu adalah Frey. Aku menoleh ceria. "Eh beneran lo. Ya ampun.. lama juga ya gue nggak liat lo." Lama apanya baru 4 bulan kali.

"Iya, wihh udah kelar aja ni Frey." Aku memperhatikan Frey dari ujung kepala sampai kakinya. Penuh dengan hiasan kepala, selempang bertuliskan Freya Anastasia Hasiholan S.T, tidak lupa dengan buket bunga ditangan.

"Iya nih. Sumpah ya gue lega banget beneran deh. Elo kapan?" Tanya Frey pada akhirnya. Huh.

"Doain aja ya Frey." Jawabku klise.

"Iya gue doain kok. Pokoknya lo juga harus cepetan lah jangan kelamaan. Ntar keburu nggak ada barengannya lagi seangkatan." Frey masih sama, suka bertutur panjang lebar.

"Lagian kan kerjaan sekarang tuh kayaknya maksimal umurnya tuh antara 25-30. Sedangkan lo kan udah hampir berapa sih? 27an gak sih Kin." Frey ini bisa sekali kalau membicarakan topic sensitif.

"Iya Frey, aku tahu. Makasih ya doanya."

"Iya iya, gue tu niat baik kok Kin ngasih tau lo kaya begini. Pokoknya harus cepetanlah. Biar buruan dapet kerjaan yang bener, nikah gitu." Aku masih menahan semua opiniku di kepala. Aku hanya malas kalau harus membicarakan semua ini sama Frey yang sulit dibantah. Meskipun untuk yang terakhir ini aku sangat tidak suka dengan pemikiran Frey.

Apakah kalau dia sudah lulus duluan berarti bisa memberiku ancangan waktu agar bisa menyamakan pencapaianku dengannya. Apakah artinya dia lebih baik hanya karena dia lebih dulu? Apakah mentang-mentang dia memiliki star-tup lebih dulu berarti dia berhak menentukan start-upku?

Bukannya hidup ini bukan masalah mana yang duluan? Kita tidak sedang balapan hidup siapa yang paling mapankan. Aku yang sangat ingin menjauh dari percakapan ini mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Eh ini.." kalimatku belum selesai.

"Kinan." Sebuah suara di belakangku. Aku menoleh ada Pak Pram sudah membawa berkas dan membuka ruangan. Aku anggap itu sebuah aksi penyelamatan Pak Pram yang membuatku bisa beralasan untuk beranjak dari pertanyaan-pertanyaan Frey kedepannya.

"Eh aku masuk dulu ya Frey." Dia hanya membalas dengan anggukan dan bahasa tubuh seolah mengisyaratkan 'semangat!'. Semangat-semangat pala lu! Aku kesal, malas. Aku melangkah masuk ke ruangan dengan lemah. 

THE DEADLINE  [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang