Hai, halo! Baru bisa update nih aku, hehe 😅 Yuk, itung-itung cerita pengantar tidur. Hope you like it dan jangan lupa tinggalin jejak, yaa.
Enjoy it~
.
.
.
Donghyuck berdecak ketika mendapati meja sekretaris di depan ruangannya masih kosong. Ini sudah jam sepuluh pagi, tetapi Yeri tidak menunjukkan batang hidung sama sekali. Mengerutkan dahi, Donghyuck melangkah memasuki ruangan dengan ponsel menempeli telinga. Nada dering terdengar tiga kali ketika sebuah amplop putih tampak di mejanya, membuat Donghyuck mengurungkan niat dan mematikan telepon. Mendekat, Donghyuck mengenali amplop itu sebagai surat permohonan diri.
Napas frustrasi lolos darinya. Sambil sebelah tangan memegang kepala, ia merasakan sarapan yang seolah memelintir perutnya. Donghyuck berusaha menahan diri. Ia meraih kursi, pun mengempaskan tubuh dengan kasar ke atasnya. Embusan napas berat kembali terdengar.
Setelah beberapa menit mengatur napas, Donghyuck membuka mata dan meraih gagang telepon di atas meja, memencet satu tombol yang langsung menghubungkannya ke bagian personalia.
"Selamat pagi, Pak," sapa seorang wanita di seberang.
"Ya, Karina, bisa tolong kirimkan seseorang ke ruangan? Saya butuh asisten dan sekretaris saya mengundurkan diri," ujar Donghyuck cepat. Nada frustrasi membayangi kata-katanya.
"Oh. Oh, baik, Pak. Akan saya kirim seseorang ke ruangan Bapak segera." Kemudian, "Apa saya perlu membuka lowongan segera, Pak?" tanyanya hati-hati.
"Ya, tolong. Terima kasih." Donghyuck kembali meletakkan gagang telepon.
Setelah mengambil satu lagi tarikan napas panjang, Donghyuck mempersiapkan diri untuk melakukan pekerjaan. Namun, mendadak ponselnya berdering, bertepatan dengan seorang gadis yang datang memasuki ruangan.
Donghyuck memberi gadis itu gestur untuk mendekat sambil melirik ponsel. Yeri menghubunginya. Rahang Donghyuck sontak mengencang.
"Sebentar," ujarnya, pun berjalan menuju dinding kaca yang menampilkan hamparan kota sibuk Seoul sambil mengangkat telepon.
"Ya?"
"Donghyuck ...." Yeri meraih napas dalam. "Aku minta maaf." Kemudian, ia terdiam untuk waktu cukup lama, cukup untuk membuat Donghyuck ingin menyudahi panggilan. Namun, kemudian, "Apa yang kulakukan jelas salah, aku sungguh minta maaf. Aku tidak bisa melupakan betapa bersalahnya aku, dan melihatmu yang menjaga jarak dariku membuatku semakin tidak karuan. Jadi, aku mengundurkan diri. Semoga ini yang terbaik."
Rahang Donghyuck kembali mengencang. Ia menahan diri untuk tidak membentak. Sebelah tangan meremas pinggangnya sedikit lebih kencang.
"Ada lagi?" tanyanya, berhasil mengeluarkan nada tenang.
"Aku mencintaimu."
Donghyuck mendengus, mencemooh, dan tanpa mengatakan apa-apa, ia langsung menyudahi panggilan. Kemudian, ia berdiri diam di sisi dinding, memperhatikan laju sibuk kota dalam pandangan kosong, berusaha menenangkan diri. Setelah beberapa menit, ia pun memutar badan, mendapati seorang gadis yang dikirim oleh departemen personalia ke ruangannya, berdiri tenang di depan meja kerjanya.
"Dengan siapa?"
"Ningning, Pak. Ningning, karyawan magang."
"Oke, Ningning Karyawan Magang, siap-siap, ya. Kita ke Myeongdong sebentar lagi."
*
Pukul sebelas tiga puluh, Donghyuck dan Ningning menginjakkan kaki di Myeongdong. Mendekati jam makan siang, tempat itu kian ramai saja. Setelah melepas sabuk pengaman, Donghyuck mengenakan kacamata cokelat, sebelum akhirnya keluar dari mobil, disusul Ningning setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Metanoia [Bahasa]
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Lee Donghyuck tidak mengenal cinta. Konsep itu sudah tidak lagi relevan dalam hidup sejak ia melihat kehancuran keluarganya. Sebagai seorang Omega laki-laki, yang menjadi tujuan hanyalah bagaimana cara supaya bisa hidup sejahtera tanp...