🌿 9 🌿

4.2K 681 197
                                    

Hai, halo! Gimana kabarnya? :D
Maaf ya, aku baru bisa update, huhu. Tapi kali ini babnya agak panjang, semoga bisa mengobati sedikit kerinduan kalian sama METANOIA, ya :3
Nggak nyangka ternyata cerita ini banyak yang suka :'D Makasih banyak buat 1k votesnya! Kalau kalian merasa cerita ini bener-bener worth it, jangan lupa bagiin ke temen-temen Markhyuckist yang lain, supaya METANOIA bisa menjangkau banyak orang. Terima kasih dan selamat membaca! ^^

.

.

.

Playlist: I Do - Astrid S., Brett Young; gold rush - Taylor Swift; Put Your Head on My Shoulder - The Macarons Project (Originally by Paul Anka); 5AM - Amber Run

.

.

.

Donghyuck tidak berhenti menyesali apa yang terjadi. Ketika terbangun dan mendapati diri di rumah sakit, ditambah penjelasan dari seorang perawat bahwa ia tumbang akibat heat, Donghyuck merasa malu bukan main. Begitu pagi menjelang, ia buru-buru pulang ke apartemen, mengabaikan panggilan telepon dari Henry. Apa pun yang pria itu hendak katakan, Donghyuck sebisa mungkin tidak segera mendengarnya. Sebab di pangkal gelombang heat semalam, wajah Minhyung dan Henry masih sempat menyusup dalam ingatan.

Donghyuck berakhir mengurung diri di apartemen, tidak sanggup menghadapi kenyataan dan berjalan angkuh memasuki gedung kantor. Ia akan jadi bulan-bulanan Henry akibat masalah ini. Bayangan wajah si bos yang menyeringai sambil mengerling nakal dan membuat masa heat-nya sebagai candaan benar-benar mengganggu Donghyuck. Ia lantas meminum supresan hari itu, tiga pil per teguk, berharap khasiatnya akan mampu menyelesaikan masa heat dengan cepat. Tak lupa, pil-pil supresan yang ia borong sebelum meninggalkan rumah sakit pun diselipkan ke tas kantor, jas dan mantel yang biasa ia kenakan, juga dompetnya. Donghyuck sungguh tidak ingin kejadian serupa kembali terulang.

Setelah sarapan pukul sepuluh, Donghyuck baru berani meraih ponsel. Tangannya bergetar, sedang jantungnya bertalu kencang. Rasa malu dan sesal kembali menyusup. Notifikasi tiga pesan dan dua panggilan tak terjawab mengisi pandangan Donghyuck. Semua berasal dari Henry Lau, bosnya. Donghyuck tidak mau melihatnya, pun buru-buru membuka kontak untuk menemukan nomor Sungchan. Tak butuh lama, ponsel itu berpindah ke telinga.

"Hyong?" panggil Sungchan dari seberang sana.

"Sibuk?" Donghyuck berusaha tidak terdengar gemetar, pun lanjut bicara sebelum Sungchan mampu menjawab pertanyaan basa-basinya. "Aku butuh kau. Sekarang. Saat ini juga."

"Lima belas menit."

Donghyuck menyudahi telepon dan menunggu. Dalam waktu lima menit, benda persegi itu berdenting. Cepat-cepat Donghyuck melirik, hanya demi mendapati pesan baru dari Henry yang tidak sengaja ia buka.

Henry Lau: Tidak apa-apa kalau kau tidak masuk selama beberapa hari. Aku sangat mengerti. Manfaatkan waktumu untuk istirahat. Maaf tidak bisa membantu lebih banyak, Sayang ;)

Kata-kata Henry, berikut emotikon yang tersemat di ujungnya, membuat Donghyuck bergidik ngeri dan membuang ponsel ke ujung terjauh sofa, sementara ia meringkuk di ujung yang lain, menggigit-gigit kuku jempol dengan cemas.

Donghyuck serasa telah menunggu begitu lama ketika akhirnya ponselnya berdering. Perlahan, ia mendekat, mengintip layar yang berkedip-kedip, pun meraihnya secepat kilat ketika mendapati nama Sungchan tertera di sana. Donghyuck menggeser bulatan hijau ke atas, otomatis menghentikan suara dering dan menampilkan wajah Sungchan di layar. Ketika pemuda itu mengatakan halo, suaranya bergema, dan tahulah Donghyuck bahwa sang adik tengah mencuri waktu di dalam bilik toilet.

[✓] Metanoia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang