🌿 26 🌿

2.3K 343 132
                                    

Halo, selamat malam. Ada yang masih bangun? Mumpung aku lagi sempat, aku update METANOIA, ya. Sehubungan dengan bab baru ini, ada beberapa poin yang mau aku sampaikan.

Pertama, terima kasih buat teman-teman yang sudah secara sengaja atau nggak sengaja mempromosikan akun maupun ceritaku, sampai akunku sekarang punya 3005 followers dengan pembaca METANOIA yang juga turut meningkat. I love you guys so much! You're the best!

Kedua, sehubungan dengan info yang aku sampaikan di bab sebelum ini, setelah mempertimbangkan kenyamananku dan juga kenyamanan sebagian besar pembaca, aku memutuskan untuk mengganti nama karakter Kris Wu menjadi Henry Lau. Perubahan itu dimulai dari bab ini, dan untuk bab-bab sebelumnya, bakal aku ubah secara bertahap. Terima kasih sudah berpendapat.

Ketiga, aku mau bilang kalau aku cinta METANOIA. Tujuan aku nulis ini nggak ada maksud untuk menggurui pihak mana pun. Tujuan aku menulis ini untuk healing diriku sendiri, jadi hampir semua kata yang aku tulis di sini adalah untuk berbicara kepada diriku sendiri juga, dan pun kalau bisa bantu kalian, itu bakal bikin aku seneng banget. Ada beberapa orang yang sempat komen kalau METANOIA relate dan bikin mereka ngerasa healing juga. AND I'M SOOO HAPPY to know that! <3

Keempat, playlist berantakan. Aku kayak nggak punya cukup waktu buat nemu lagu yang pas untuk setiap bab. Waktu yang ada cuma aku pakai buat nulis, revisi, edit, dan post. Nggak keburu nyari lagunya. Jadi, maaf ya, playlist METANOIA mandek dulu. Hehe.

Sudah, itu saja cuap-cuapnya. Nanti kalau ditambah malah kebanyakan, ceritanya nggak jalan-jalan.

Sekarang, selamat membaca, ya! <3

.

.

.

Sejak kecil, Minhyung sudah dipandang sebagai anak baik-baik. Hampir semua orang tua selalu menjadikannya sosok teladan bagi anak-anak mereka, bahkan tak jarang menjadikan Minhyung sebagai pembanding perilaku dan sikap mereka. Bagi orang-orang itu, Minhyung adalah hasil didikan orang tua yang berhasil.

Kurang lebih, kebenarannya memang seperti itu.

Keluarga Minhyung dipandang harmonis sejak dulu, bahkan di antara keluarga besar. Cinta kasih yang terus tercurah dari orang tuanya membuat Minhyung tumbuh sebagaimana yang kedua orang itu inginkan. Minhyung bukan anak yang suka merajuk, bukan pula anak yang suka menangis. Ia bukan anak yang suka marah atau menuntut, bukan juga anak yang bodoh. Minhyung adalah anak yang tampan, pintar, dan baik. Ia adalah definisi anak sempurna.

Namun, segala sesuatu selalu datang ke dunia dengan dua sisi. Sebagaimana koin, sebagaimana warna kelabu, setiap kebaikan dalam diri Minhyung pun datang berpasangan dengan sesuatu yang tidak patut dibanggakan. Atas didikan itu, Minhyung tumbuh sebagai anak yang tidak tahu cara melampiaskan emosi negatifnya. Ia akan memendam perasaan itu dengan anggapan bahwa apa yang ia rasakan adalah tanggung jawabnya, dan orang lain tidak boleh sampai merasakan sakit yang sama.

Hal itu lantas menimbulkan sebuah paradoks. Minhyung cenderung merasa bahwa perasaan orang lain merupakan tanggung jawabnya. Ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya merasakan luka, sehingga ia akan berusaha sebaik mungkin membuat mereka selalu bahagia. Minhyung menjadi sosok yang selalu melayani kepentingan orang lain, hingga kadang tidak menyadari bahwa kepentingan mereka bisa jadi bertentangan dengan miliknya.

Begitu tahu Sungkyung mendengar pembicaraannya dengan Herin pagi ituㅡakibat suara langkah berlari di lantai atas, berikut pintu yang ditutup kerasㅡMinhyung langsung bergerak untuk bertanggung jawab.

[✓] Metanoia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang