🌿 33 🌿

4.6K 282 214
                                    

Hi, everyone! Maaf karena aku butuh waktu lama buat menyelesaikan bab ini. Karena revisinya gila bangeeet! Langkah aku harus hati-hati, karena ini bab terakhir untuk menutup Arc Metanoia versi Wattpad. Setelah mempertimbangkan dua kandidat naskah untuk bab 33 Metanoia, aku dan para beta readers-ku pun menganggap naskah yang ini lebih layak publish. Semoga kalian juga suka sama naskah panjang ini, ya!

Shout out to all my beloved beta readers! Kiangel__ fullsun_ncit6 sayanghaechan yourdayssi ttewbeokki . Especially Kiangel for helping me with brainstorming. You're awesome!

And of course, terima kasih kepada kalian semua yang udah ngikutin Metanoia dari awal hingga akhir, dan tetap sabar meski aku lama update. I love you all so much!!! ❤️❤️❤️

Please enjoy this chap~!

.

.

.

Playlist: Two Birds - Regina Spektor (Main); Coping - Rosie Darling; Love In The Dark - Adelle; Wildfire - SYML; It'll be okay - Shawn Mendes; I Just Couldn't Save You Tonight - Ardhito Pramono ft. Aurélie.

.

.

.

Otak Donghyuck tidak sejalan dengan tubuh maupun waktu. Tubuhnya lelah dan waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Namun, ia masih belum bisa tidur sejak terbangun dari mimpi buruk yang memilih untuk mendatanginya setelah sekian lama bersembunyi. Donghyuck lantas melirik lembar jurnal yang kini terisi, menampilkan deret kalimat dalam tinta hitam di bawah cahaya hangat lampu dapur.

Aku tidak bisa tidur, lagi.

Setelah beberapa waktu kulalui tanpa mimpi buruk itu, kali ini ia memutuskan kembali.

Minhyung masih belum tahu ini. Dia tertidur lelap, kelelahan. Aku tidak tega membangunkan.

"Tapi, kau harus tetap tidur. Terjaga sepanjang malam tidak baik untuk tubuhmu." Suara sang ibu terdengar halus dari seberang telepon, membuat Donghyuck menghela napas dan memindah ponsel ke telinga kiri.

"Aku tahu, Bu. Aku hanya masih belum bisa. Aku bicara dengan Ibu saja sambil menunggu kantuk."

Nyonya Lee bergumam, pun melanjutkan. "Kalau kau punya persediaan teh kamomil, buatlah secangkir. Itu akan membantumu tidur."

"Nanti akan kulakukan," respons Donghyuck seadanya, dengan tubuh bersandar ke punggung kursi meja makan. "Omong-omong, Ibu, Sungchan, dan Jisung baik-baik saja, kan?"

"Ya, kami baik. Jisung baru berkunjung dua hari lalu. Stres dengan kuliah, katanya. Oh, dia juga titip salam untukmu."

Donghyuck mendecih. "Kenapa dia tidak menghubungiku sendiri?"

"Kau tahu dia orangnya seperti apa. Dengan Ibu saja masih banyak tertutupnya."

"Benar juga." Donghyuck tersenyum, mengingat sikap adik bungsunya.

[✓] Metanoia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang