🌿 21 🌿

3.2K 464 121
                                    

Hai, halo, malam! Aku baru update sekarang, makasih banget udah tetep nungguin. Moga suka sama chap ini ya. Maaf kalo masih nemu typos atau kalimat yg butuh perbaikan. Jujur aku edit ini seadanya dulu karena pengen bgt update malam ini. Btw ini cukup panjang dari yang sebelum"nya sih, hehe. But I hope you'll enjoy it. Jangan lupa tinggalin vote dan komen biar aku semangat ngerjainnya :'D Hehe... Thank you!

.

.

.

Playlist: this is how you fall in love - Jeremy Zucker ft. Chelsea Cutler

.

.

.

Donghyuck terbangun dengan sentakan kuat di usus dan lambungnya. Satu serangan berhasil membuka lebar kedua matanya, menggerakkan tungkai-tungkainya menuruni ranjang dan menabrak segala yang menghalangi langkah sempoyongannya ke kamar mandi. Di dalam, Donghyuck berjongkok, membuka kasar penutup toilet duduk dan segera merunduk, mengesktrasi isi perut yang seakan meleleh membentuk cairan asam, mengalir keluar dengan menyakitkan dari tenggorokan. Suara yang Donghyuck hasilkan pun mengonfirmasi sesakit apa kegiatan yang ia lakukan. Kepalanya berdentam, memberi rasa tidak nyaman ke sekujur badan.

Selagi muntah, tangan Donghyuck bergerak meraih apa pun sebagai pegangan, dengan hasil rak peralatan mandi yang rubuh akibat cengkeraman terlampau kuat. Suara yang dihasilkan begitu keras dan berantakan, membuat kepala Donghyuck semakin tak karuan, sampai-sampai ia berhalusinasi mendengar suara pintu yang dibuka dan ditutup dengan kasar.

Ia benar-benar kacau.

Sampai telapak tangan dingin menyentuh tengkuknya dengan gerakan lembut.

Donghyuck terkesiap, meraih napas cepat dan melupakan kegiatan meluapkan isi perut ke mulut toilet demi menolehkan kepala ke balik pundak. Wajah cemas dan bengkak Minhyung langsung masuk dalam jarak pandang. Tampilan kusut pria itu membentuk persepsi Donghyuck bahwa Minhyung baru saja bangun tidur. Namun, kenapa ia ada di sini?

"Kenapa kau di sini?" Donghyuck menyuarakan keheranan dengan kepala yang masih berputar serta noda muntah yang mengotori sudut mulutnya.

"Kita bisa bicarakan nanti. Kau sudah merasa lebih baik?" Suara Minhyung terdengar lebih serak dan berat, memberi penekanan lebih pada anggapan Donghyuck bahwa pria itu baru saja bangun.

Ia tidak menjawab dengan kata-kata, melainkan sebuah telunjuk yang terangkat, meminta perhatian, sebelum kembali memalingkan muka ke mulut toilet, mengeluarkan isi perut yang keruh sementara Minhyung memijat tengkuknya.

Beberapa saat kemudian, Donghyuck mengerang keras dengan tubuh lemas.

*

Mulai detik ini, Donghyuck takut berharap dan menghindar. Sebab, segala sesuatu akan menemukan cara untuk mengejeknya, menjadikannya objek olokan semesta.

Ia menghindari Minhyung akibat ketakutannya sendiri, dan kini pria itu sudah ada di apartemennya pagi-pagi, berjalan mondar-mandir di balik meja pantri, menyiapkan teh hangat serta selembar roti panggang sementara Donghyuck duduk stagnan di meja makan. Pria itu bahkan bergerak tanpa ragu, seakan sudah menguasai seluruh sudut dapur itu di luar kepala. Ah, apa yang telah Donghyuck lakukan hingga pria itu harus jatuh lebih dalam ke lubang hidupannya?

Donghyuck juga sudah lelah berharap. Berharap akan sesuatu yang lebih baik, bahwa kehidupannya akan kembali sebagaimana mula, ketika segala masalah memusingkan tidak datang serta-merta dan menuntut keawasan untuk memilih dan mengambil jalan. Berharap akan Minhyung yang keluar dari lorong gelap hidupnya dan kembali ke kehidupan penuh emas dan segala hal mewah; segala sesuatu yang terbaik bagi pria itu.

[✓] Metanoia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang