🌿 32 🌿

2.2K 301 39
                                    

Dear, my fellow readers. Aku nggak bakal bosen untuk ucapin terima kasih karena kalian tetap setia nunggu update-an cerita ini, nggak peduli mau selama apa. Dan aku juga minta maaf karena nggak bisa update cepat. Selama beberapa hari kemarin, aku ngalamin episode yang bikin aku benar" merasa "kalah". But, I'm okay now. Jadi, aku bisa update Metanoia, meski mungkin bakal terasa kurang memuaskan. Tapi, ini usaha optimalku. Semoga tetap nggak mengurangi rasa nyaman kalian dalam membacanya, ya.

Oh, iya. Jangan lupa baca end note untuk update seputar fanbook Metanoia, ya!

Selamat membaca! ❤️

.

.

.

Donghyuck tidak heran dari mana Minhyung mendapat segala sikap baik yang pemuda itu bawa hingga dewasa. Nyonya Lee benar-benar menggandakan jiwanya kepada sang putra. Di malam mendadak yang mereka habiskan bersama, Donghyuck tidak bisa begitu mengenal sosok Nyonya Lee. Namun kini, ketika mereka berhadapan di meja bundar sebuah kafe, makan siang bersama Tuan Lee, Donghyuck tahu bahwa wanita itu bukan sekadar sosok yang ramah.

Pasangan paruh baya Lee, terutama sang nyonya, adalah sosok hangat dan penuh cinta. Segala gerak-gerik yang wanita itu tunjukkan mengingatkan Donghyuck akan Minhyung. Untuk sebagian besar kasus, ini adalah hal yang baik. Namun, Donghyuck tidak bisa berhenti merasa takut, bagaimanapun juga.

Tak peduli sesering apa Donghyuck mengecek jam, waktu tetap tidak berjalan lebih cepat. Ia harus melewatkan waktu makan siang, atau mungkin setelahnya, bersama Tuan dan Nyonya Lee. Menerima senyuman dan rasa hangat yang mereka tawarkan, yang anehnya terasa aneh bagi diri Donghyuck. Semakin kedua orang itu menunjukkan cinta, semakin Donghyuck merasa ingin lari. Donghyuck tidak mengerti. Ia hanya merasa ... ini tidak seharusnya.

"Ada sesuatu yang salah? Kau terlihat gelisah, sweetheart," tegur Nyonya Lee ketika melihat Donghyuck yang tidak berhenti mengatur posisi di atas kursi, sedang tangan yang memegang garpu hanya mengaduk pasta di atas piringnya tanpa minat. Bahkan teguran halus semacam itu membuat Donghyuck tersentak di kursinya. Gelagat itu hanya membuat Nyonya Lee semakin terlihat khawatir. "Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil menyondongkan tubuh ke arah Donghyuck.

Donghyuck hanya mampu menampilkan senyum kaku, sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Saya baik-baik saja, Nyonya. Terima kasih."

"Kau kurang menyukai makanan di sini? Kita bisa pindah, kalau kau mau." Kali ini, Tuan Lee yang bicara, membuat Donghyuck harus meneguk saliva.

Dua orang ini, sosok yang bahkan baru Donghyuck tahu, menanyakan keinginan Donghyuck seakan menanyakan perihal cuaca. Tuan dan Nyonya Lee pasti terbiasa mengedepankan kenyamanan orang lain ketimbang diri mereka sendiri, itu sebabnya Minhyung menjadi sosok yang persis seperti itu. Di satu sisi, Donghyuck merasa Minhyung beruntung. Donghyuck bahkan tidak bisa mengingat kapan terakhir kali ditanyai dengan tulus seperti ini oleh orang tuanya. Terlahir sebagai Omega membuat delapan puluh persen langkah hidupnya ditentukan begitu saja. Namun, di sisi lain, Donghyuck tidak yakin ini hal yang sepenuhnya baik. Tidakkah sikap yang terlalu baik akan merugikan diri mereka sendiri?

"Ah, tidak perlu," ujar Donghyuck. "Lagi pula, kalian terlihat menyukai makanan di sini."

Tuan Lee seketika tertawa mendengar ujaran itu. Sementara wajah Donghyuck merekah dalam heran, Nyonya Lee yang ikut terkekeh lantas menjelaskan.

"Tidak ada makanan yang tidak enak di dunia ini bagi kami, Nak. Di mana pun itu, makanan tetaplah makanan. Jadi, di sini atau di mana pun yang kau mau, kami, terutama suamiku, akan menikmatinya."

[✓] Metanoia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang