Udah lama nggak update, jadi update dah 👀
.
.
.
Playlist: To the Bone - Pamungkas
.
.
.
Donghyuck cukup waras untuk tidak membiarkan suasana hati memengaruhi kualitas pekerjaannya. Namun, hari ini adalah pengecualian. Ia yakin sembilan orang yang kini terjebak dalam ruangan rapat bersamanya melayangkan setidaknya lima kata umpatan kepadanya dalam hati, termasuk Henry Lau. Sepanjang rapat berlangsung, yang Donghyuck lakukan hanya menatap kosong ke arah Yangyang di hadapannya, tanpa berkedip. Pikirannya melanglang buana pada beragam kemungkinan yang bisa menimpa hubungannya dengan Minhyung.
Hubungannya dengan Minhyung? Memangnya mereka menjalin hubungan semacam apa? Hubungan yang tidak jelas, dan sudah pasti membuang-buang waktu.
Apabila Minhyung adalah orang yang tepat baginya, Donghyuck tidak akan bertanya-tanya dan meragukan diri sepanjang waktu. Bahkan membuatnya sampai kehilangan diri sendiri seperti ini. Bukankah itu yang sedari dulu Minhyung lakukan?
Sekali lagi, Donghyuck mengucap maaf ketika Yangyang merasa tidak nyaman dan Henry merasa rapat yang dipimpinnya tidak menggugah hasrat Donghyuck. Meski selanjutnya pria itu terkekeh dan bergurau, bahwa Donghyuck kemungkinan susah fokus akibat rapat yang sampai molor hingga menelan waktu makan siang.
Begitu rapat dibubarkan, Donghyuck memaksa diri kembali pada rutinitas, sebisa mungkin fokus dan bersikap profesional.
Satu hari seakan berlangsung begitu lama, dan ketika waktu menunjukkan pukul enam sore, Donghyuck tidak bisa tidak mengembuskan napas lega. Akhirnya, ia bisa pulang dan melakukan apa pun yang bisa membuatnya merasa lebih baik di apartemen. Donghyuck bahkan tidak menganggap lembur akan ampuh mengobati gundahnya. Betapa kacau pengaruh yang Minhyung ciptakan. Donghyuck tidak ingin berlama-lama seperti ini, sehingga ia berusaha segera menemukan cara untuk mengatasinya. Lagi pula, Donghyuck bukan sosok senaif itu. Bukan lagi.
Setidaknya, dari segala perasaan yang ia rasakan hari ini, Donghyuck bersyukur Jeno tidak muncul untuk semakin menambah beban. Kejadian memalukan semalam sepertinya membuat pemuda itu memahami keinginan Donghyuck. Jeno berakhir sama sekali tidak menghubunginya, dan itu bagus.
Donghyuck mencapai apartemen nyaris pada pukul tujuh sore. Ketika naik ke lantai tempat unitnya berada, lagi-lagi ia menemukan sosok tidak diundang di depan pintu. Apabila kedatangan Jeno kemarin membuat benaknya bertanya-tanya, maka sosok kali ini membuat jantungnya bertalu cepat. Donghyuck sama sekali tidak mengharapkan orang ini akan muncul, tidak ketika kondisinya sudah cukup kacau. Donghyuck sudah akan siap-siap memutar tumit dan kembali memasuki lift, tetapi sosok itu sudah lebih dulu melihatnya. Pria di depan pintu apartemen menyeringai lebar.
"Lama tidak jumpa, anak durhaka."
*
Alpha yang sangat Donghyuck benci kini berdiri di depannya, setelah sekian waktu yang mereka putuskan secara bisu untuk tak lagi bersua.
Tuan Lee tidak tampak lebih baik dari terakhir kali Donghyuck mengingatnya. Pria kurus itu memiliki penampilan yang lusuh. Rahangnya kotor dengan bulu-bulu halus yang tidak dicukur. Kantung matanya memberat, dan sepasang bibir yang mirip dengan milik Donghyuck tampak menghitam. Aroma alkohol menguar dari tubuhnya ketika Donghyuck melangkah mendekat, tak lagi menemukan celah untuk lari.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Metanoia [Bahasa]
Fiksi Penggemar[SUDAH TERBIT] Lee Donghyuck tidak mengenal cinta. Konsep itu sudah tidak lagi relevan dalam hidup sejak ia melihat kehancuran keluarganya. Sebagai seorang Omega laki-laki, yang menjadi tujuan hanyalah bagaimana cara supaya bisa hidup sejahtera tanp...