🍂 8 🍂

3.8K 630 98
                                    

Playlist: Roaring Tides - Cat Trumpet; Older - Sasha Sloan

.

.

.

Sekarang aku bakal pakai tanda ini 🍂 untuk bab yang membahas masa lalu, dan 🌿 untuk masa kini. 

Btw, maaf karena kalian harus nunggu lama. Semoga kalian suka dengan bab ini, ya! 😘

.

.

.

DONGHYUCK, 19 TAHUN.

Semakin dunia memperkenalkan diri pada Donghyuck, semakin Donghyuck sadar ada yang salah.

Sejak kecil, Ibu mengajari Donghyuck untuk taat dan dekat dengan Tuhan, zat tertinggi yang dipercayai melahirkan seluruh kehidupan di muka bumi. Donghyuck dan adik-adiknya dibiasakan ke gereja setiap Minggu, juga berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu.

Ketika Donghyuck memilih keluar dari rumah begitu menginjak bangku SMA, Ibu mewanti-wantinya supaya tetap taat. Masalahnya, Donghyuck tidak benar-benar meyakini apa yang ibunya yakini. Ini sedikit ... rumit. Ia bahkan tidak tahu apakah ingin menganut apa yang ibunya anut, secara sukarela. Sejauh ini, Donghyuck hanya menuruti apa yang diajarkan, tanpa benar-benar merasakannya dalam hati.

Sedikitnya, yang dicemaskan Ibu pun terjadi. Sejak keluar dari rumah, Donghyuck sama sekali tidak ke gereja apabila tidak disuruh Ibu yang kerap menelepon. Ia pun hanya berdoa ketika ingat, atau ketika ada suatu hal mendesak yang membutuhkan dorongan mental berupa keyakinan bahwa ada zat lebih besar yang akan mengatur segalanya.

Sedikit demi sedikit, keyakinan Donghyuck meluruh, terlebih ketika memasuki universitas dan ibunya tidak menelepon sesering biasa. Yang semula hampir setiap hari, dengan hari Minggu sebagai hari wajib mengingatkan Donghyuck ke gereja, menjadi satu minggu sekali; terkadang tiga kali kalau sedang benar-benar ingin bicara. Donghyuck merasa baik-baik saja akan itu. Terlebih, ia kini memiliki kekasih, Na Jaemin. Donghyuck merasa waktunya untuk ke gereja habis oleh kegiatan berbisnis, tugas-tugas kuliah, dan juga menemani Jaemin yang tidak pernah absen tidur di indekosnya tiap malam.

"Aku bisa pindah ke sini kalau kau mau. Kita bisa tinggal satu kamar," ucap Jaemin suatu malam ketika ia dan Donghyuck berbaring bersisian di atas ranjang. "Jadi aku tidak perlu ke sini tiap malam dan kembali ke indekosku ketika pagi."

Donghyuck tertawa pelan, lalu menggeleng. "Sepertinya aku tidak bisa kalau harus berbagi kamar dengan orang lain."

"Tapi kau selalu mengundangku datang setiap malam." Jaemin mengerucutkan bibir.

Donghyuck buru-buru menoleh dengan wajah jenaka dan alis bertaut. "Kau yang selalu datang kemari, Jaemin, karena kau bilang tidak bisa tidur kalau tidak kutemani."

Jaemin tersenyum. "Benar." Ia berguling, memeluk Donghyuck dan membenamkan wajah di dadanya. "Aku sudah terbiasa tidur ditemani aroma parfummu. Betapa aku berharap bisa menghabiskan waktu setiap detik denganmu."

"Sadar tidak? Kau jadi sangat manja semenjak kita ... pacaran," ucap Donghyuck. Jaemin hanya bergumam. "Maaf, aku sudah terbiasa memiliki kamar pribadi untuk diriku sendiri. Rasanya aneh kalau harus menemukan orang lain di tempat yang sama."

"Akan ada saatnya kau bisa menerima itu, misalnya setelah kita menikah."

"Apa?"

Jaemin menertawakan keterkejutan Donghyuck. "Kenapa?" tanyanya, menatap kekasihnya yang syok. "Kau seperti baru mendengar kabar buruk."

[✓] Metanoia [Bahasa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang