⚠️ TRIGGER CONTENT WARNING ⚠️
(Sexual Harassment of Minor)
.
.
.
MUSIM GUGUR. DONGHYUCK, 14 TAHUN.
Ketika memasuki rumah, Donghyuck mendapati tempat itu kosong. Sebuah memo tertempel di bidang pintu kulkas, ia dapati saat melangkah ke dapur untuk segelas air.
'Anakku, Ibu pergi menjahit baju ke rumah Bibi Oh. Hangatkan makanan di kulkas kalau lapar. Ibu tidak akan lama (kalau Bibi Oh tidak mengajak Ibu mengobrol terus).'
Donghyuck mengedikkan bahu santai, lalu menaiki tangga menuju lantai dua dan memasuki kamar untuk berganti baju. Dikarenakan Sungchan dan Jisung yang belum pulang demi mengikuti kelas les tambahan, dan mobil ayahnya tidak ada di garasi, maka hanya Donghyuck-lah yang di rumah saat ini. Ia akan menghangatkan makanan untuknya sendiri, dan mungkin menghabiskan waktu di kamar hingga anggota keluarganya kembali.
Mendekati penghujung tahun, musim gugur terasa semakin dingin, melambangkan salju yang akan segera bergabung. Sebagaimana rencana, begitu selesai makan, Donghyuck masuk ke kamar. Ia menyalakan laptop dan memutar film apa pun yang ia temukan di memori penyimpanan, pun bergelung di balik selimut di atas ranjang sambil menyaksikan tayangan yang berputar.
Donghyuck melewatkan kondisi itu selama beberapa waktu, sampai suara bel di depan pintu membuyarkan perhatiannya dari layar laptop. Semula, ia menganggap itu sang ibu, atau mungkin salah satu adiknya, tetapi saat bel terus berbunyi tanpa ada tanda-tanda pintu depan akan terbuka, sadarlah Donghyuck bahwa itu bukan keluarganya. Ia mengerang. Menerima tamu saat sedang sendiri di rumah adalah hal yang melelahkan. Donghyuck bisa saja mengabaikan panggilan itu, tetapi bodohnya ia sudah menyerukan kata 'sebentar' lebih dulu, memberi petunjuk kepada si pengunjung bahwa ada orang di rumah. Buru-buru, Donghyuck menjeda film di laptop dan bergegas keluar kamar untuk membuka pintu.
Seorang pria bertubuh jangkung tampak berdiri di depan kediaman keluarga Lee. Tubuh pria itu dibalut jaket lapis sederhana.
"Paman Yoo?"
Donghyuck menyambut tetangga berjarak lima rumah darinya itu, membuka pintu sedikit lebar untuk membiarkannya masuk dan mengenyahkan hawa dingin dengan menutup pintu.
"Ibumu di rumah?" tanya pria itu dan Donghyuck menggeleng.
Paman Yoo, selain tetangga yang hanya berbeda lima petak rumah, juga masih sanak jauh keluarganya dari pihak ayah. Paman Yoo menikahi sepupu jauh ayah Donghyuck sehingga membuat mereka masih menjalin tali saudara.
"Ada perlu apa, Paman?" tanya Donghyuck setelah menyilakan pria berusia sekitar empat puluh tahun itu duduk di sofa ruang tengah. "Ibu sedang ke tempat Bibi Oh."
"Hm, begitu. Aku ke sini mau meminta obat. Kebetulan di rumahku habis dan bibimu belum pulang. Karena persediaan habis dan sendirian di rumah, jadi aku ke sini. Kupikir ibumu ada."
"Mungkin aku bisa bantu, Paman?" Donghyuck mengajukan diri, apa pun yang bisa dilakukan asal tamunya cepat hengkang dari sini. Ia sedang tidak ingin menghadapi siapa-siapa. "Paman butuh obat apa?"
Mendadak, Paman Yoo menjadi canggung. Pria itu menggaruk tengkuk dengan bibir tertarik membentuk seringai tipis. Donghyuck yang melihatnya mau tak mau pun ikut canggung.
"Rut-ku akan datang dan aku butuh supresan. Apa ibumu ada menyimpan sisa supresan ayahmu?"
Supresan, pil yang digunakan oleh Alpha atau Omega untuk membendung hasrat masa kawin mereka agar tetap di bawah kontrol. Tak ayal Paman Yoo sampai canggung dibuatnya. Donghyuck pun tak sadar apabila kedua pipinya memerah, padahal ia sudah cukup umur untuk mengetahui ituㅡmeski heat-nya baru akan dimulai tiga tahun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Metanoia [Bahasa]
Fanfiction[SUDAH TERBIT] Lee Donghyuck tidak mengenal cinta. Konsep itu sudah tidak lagi relevan dalam hidup sejak ia melihat kehancuran keluarganya. Sebagai seorang Omega laki-laki, yang menjadi tujuan hanyalah bagaimana cara supaya bisa hidup sejahtera tanp...