Lele menghela nafas panjang, belakangan ini hidupnya terasa berat. Bahkan sangat berat. Kegiatannya terlalu monoton, dan Lele mulai merasa ada hal-hal dalam hidupnya yang perlu dia ubah. Seperti contoh kecil tadi sore pas cowok itu baru aja mau pulang ke kosan setelah ngisi radio hari ini bareng Mudra. Iya, Lele memang sudah beberapa bulan jadi DJ di radio kampus dan namanya bukan hal yang asing di telinga mahasiswa lain. Lele itu tipikal orang yang ketika namanya disebut, ga bakal ada orang yang ga kenal sama seperti Je. Semua orang kenal dia, kenal baik malah. Tentu aja karena kepribadian Lele yang bagus dan suaranya yang familiar di radio kampus.
Lele ga sengaja ketemu sama beberapa kating yang kebanyakan cewek-cewek, dan mereka bilang kalo Lele kelihatan kaya anak SMP, ketimbang mahasiswa. Tapi bukan dalam artian yang kurang baik, maksud para kating itu adalah Lele keliatan gemesin dan awet muda, tapi Lele malah menangkap sebaliknya. Menurut cowok berdarah china itu, dia lebih baik dikira lebih tua dari umurnya ketimbang dikira lebih muda karena itu berarti dia bertingkah kekanakan makanya orang lain mengira dia lebih muda. Lele jadi kepikiran hingga malam ini, hanya perkara dibilang kaya anak SMP. Cowok itu bahkan ga sempat makan, saking sibuknya mikir tentang perkataan kating nya tadi.
Mudra yang jadi saksi kejadian tadi sore cuma bisa mengajak Lele makan malam lewat chat saja karena dia takut mengganggu. Meskipun Mudra baru kenal Lele sekitar setengah tahun lebih, tapi dia lumayan paham sama pola pikir cowok itu. Mungkin faktor mereka seumuran makanya Mudra sedikit-sedikit paham sama apa yang Lele pikirkan. Jadi dengan alasan mau jengukin Daegal, Mudra memberanikan diri untuk nyamperin kamar Lele dengan langkah gemetar.
"Le...lo dikamar?"
Sudah ketukan yang ketiga kali, namun belum juga ada jawaban dari Ayah nya Daegal. Mudra jadi khawatir Lele ngapa-ngapain didalam kamarnya, kan bisa bahaya.
"Le, jawaㅡ"
Pintu terbuka tiba-tiba, menampilkan body seksi asmlehoy Lele yang cuma handukan doang. Mudra langsung nutup pintunya lagi, reflek.
"Apasih lo? Tadi manggil-manggil, giliran gue keluar malah ditutup lagi pintunya." Protes Lele sambil mengenakan kaosnya yang digantung dibelakang pintu, begitupun dengan bokser kesayangannya.
"Mau jengukin Daegal, tapi malah disuguhi pemandangan ga enak."
"Emang ga enak. Kalo gue telanjang dada kaya tadi lo anggap enak, berarti lo udah belok."
"Setan, kenapa sih kalo ngomong sama lo tuh ga pernah bener.." Mudra bersungut-sungut, tapi langkahnya malah menuju ke kamar Lele lebih dalam untuk menemukan Daegal.
"Ngapain lo kesini?"
"Jengukin Daegal, elah. Kan gue udah bilang tadi."
Lele hanya melirik sebentar, lantas fokus pada jurnal nya lagi. Sementara Mudra diam-diam memerhatikan gerak-gerik Lele, memastikan temannya itu baik-baik saja. Tapi tidak, Lele tidak baik-baik saja karena kukunya yang mengatakan demikian. Kulit di sekitar jari-jarinya yang mengelupas telah menunjukkan seberapa tidak baik-baik saja dirinya.
"Lo kenapa? Yakin ga mau cerita?" Tembak Mudra tepat sasaran, membuat Lele otomatis menoleh kaget.
"Kenapa apanya?"
"Soal kating tadi ya?"
"Iya."
"Emang kenapa sih? Lo mau cerita ke gue ga?" Tanya Mudra sekali lagi.
"Gue ga suka dianggap lebih muda dari umur gue, seolah-olah gue kekanakan. Gue ga suka banget."
"Itu kan dari perspektif lo, belum tentu cara pandang kating-kating tadi juga gitu." Mudra perlahan-lahan menasehati. "Mungkin mereka nganggap lo gemesin, makanya dikira masih SMP. Gue juga dulu ngira nya lo bukan anak kuliahan, karena penampilan lo ini. Tapi bukan berarti dianggap lebih muda dari umur itu sesuatu yang jelek loh ya, bisa aja itu pujian karena lo awet muda. Umur itu cuma angka. Jadi dewasa itu bukan cuma perihal angka, Le."
KAMU SEDANG MEMBACA
BUJANG 23✓
Fanfiction23 orang laki-laki dalam satu kosan. Apa yang akan terjadi?