Selamatan ini harusnya diadakan beberapa bulan lalu, tapi batal karena berita duka yang menimpa bujang kosan terutama Junda. Yenan sendiri tidak terlalu berharap selamatan kali ini akan di hadiri oleh Junda karena sudah lama sekali Junda tidak kembali ke kosan. Entah ia ingin pindah atau tidak akan kembali ke kosan lagi, Yenan juga tidak tau. Tapi ia selalu berharap yang terbaik untuk cowok itu, karena jujur saja tanpa Junda, kosan terasa kurang menyenangkan. Dulu saat Junda masih disini, ia sering sekali memanggil beberapa penjual. Mulai dari penjual rujak, hingga nasi goreng semua ia panggil. Karena Junda memang orang yang sangat suka makan, dan kebiasaannya itulah yang dia tularkan pada Yenan secara ga langsung.
Setelah membaca doa selamat dan menyuapi Bunda dan Ayahnya tumpeng, Yenan pamit undur diri soalnya dia mau pipis. Suasana ruang tengah kosan ramai, ada Ayah Bunda Yenan, dan beberapa juru masak yang lagi menghidangkan makanan. Ada penghuni kosan putri juga, beserta Dona, Cechel, dan Jessy ada Bu Kos, Pa Kos, dan Sifa. Hanya satu yang kurang, kehadiran Junda.
"Yanda, mau makan ini ga?" Joni nawarin adiknya kue putu, tapi Yanda cuma menggeleng. Kayanya suasana hati cewek itu lagi ga baik.
Ya gimana mau baik kalau didepan matanya dia lihat Luke sama Dona lagi bercanda ria. Bisa dibilang, Yanda cemburu. Gimana engga? Setelah dia kenalan sama Luke malam tahun baru waktu itu, mereka jadi sering DM-an di Instagram bahkan waktu Yanda kena insiden ditampar juga ada cowok itu disana, tapi ternyata Luke sudah punya gandengan. Yanda agak kecewa. Pertama kali Yanda ketemu Dona pas kecelakaan bis beberapa bulan lalu, habis itu Yanda jadi berhenti berharap ke Luke. Dia ga mau jadi pelakor. Padahal bukan pelakor sih, soalnya Luke sama Dona cuma teman.
"Heh, melamun lo?" Mahen nyenggol siku Yanda pakai sikunya, biasalah jahilnya kumat.
"Apa?" Yanda menoleh terus bilang begitu.
"Melamun lo?"
"Engga, berak."
"HEH MULUT."
Yanda mendelik, "Abisnya lo nanya mulu. Ga liat apa?"
Melihat Yanda yang lagi mode maung, Joni pamit undur diri. Alasan aja dia mah mau ngobrol sama Cechel, padahal takut Yanda ngamuk.
"Gue ke Chelsea dulu ya? Mahen, jaga adek gue." Joni bilang begitu sambil menepuk bahu Mahen.
Mahen mengangguk.
"Gue tau lo galau." Mahen buka suara lagi. "Iya apa iya?"
"Galau?"
"Iya, lo kaget kan liat Luke punya gandengan? Apalagi pas dirumah sakit waktu itu.."
Yanda membuang napas agak kasar, kesal juga dia. Ga tau kenapa dia merasa malu karena Mahen terlalu tau isi hatinya. "Mahen, kadang gue tuh kesel kenapa lo terlalu tau perasaan gue begini."
"Ga papa, kesel aja. Lagian juga Dona bukan gandengan Luke, cuma temen aja."
Yanda tersenyum paksa sambil menatap kearah Dona dan Luke yang lagi berhadapan, kadang Dona ketawa sambil meluk Luke juga.
"Temen macam apa yang pelukan begitu?"
Mahen tersenyum lebar, "Elah pelukan doang. Lo juga bisa gue peluk sekarang kalo mau."
"Baru tau gue kalo orang temenan boleh sebegitunya.."
"Kaya cowok di dunia ini cuma Luke aja sih."
"Susah nyari yang sebaik Luke.." Yanda mencicit.
"Hah? Apaan? Ga denger?"
"ALAH BUDEG!"

KAMU SEDANG MEMBACA
BUJANG 23✓
Fanfiction23 orang laki-laki dalam satu kosan. Apa yang akan terjadi?