Bunda Yenan

399 77 5
                                    

Junda langsung duduk padahal dia baru buka mata, kepalanya agak pusing tapi dia bodo amat hal yang paling penting sekarang adalah Rega. Dari chat terakhir yang cewek itu kirim, katanya dia mau ke kosan Junda. Cowok itu lari ke ruang tengah dengan harap-harap cemas kalau aja Rega udah sampai, ternyata benar. Rega lagi duduk santai di samping Tedi yang lagi nonton Jodha Akbar bareng Yenan dan Saka.

"Dari kapan?" Junda tanya begitu sambil duduk di samping Rega.

Rega diam sebentar, "Daritadi. Kok lo wangi sih? Pake parfum berapa gentong?" Cewek itu sudah main peluk aja sambil mengendus leher Junda.

Jangan tanya reaksi Yenan, Saka sama Tedi, mereka pura-pura fokus menonton saja padahal jantung sudah gonjang-ganjing menyaksikan keuwuan. Sebenarnya cuma Yenan saja yang gonjang-ganjing, Tedi cuma senyum tipis karena dia sudah punya doi jadi hal mesra begitu sudah biasa baginya. Yenan lagi membuka botol air mineral, entah kenapa tiba-tiba dia haus. Saka? Dia pura-pura tuli aja.

"Ke kamar aku aja yuk? Ga enak disini.." Junda berdiri sambil meraih lengan Rega, namun cewek itu malah berkedip genit.

"Oh mau yang enak dikamar?"

Yenan baru aja berniat menelan airnya, langsung terbatuk. Bahkan air yang tadi dia minum juga keluar lewat hidung. Hilang sudah martabat seorang Yenan.

"Loh Nan? Kenapa lo?" Tedi menepuk-nepuk punggung Yenan, takut koid.

"Ga papa.."

"Lo gapapa, Yang?" Rega jadi ikut khawatir, sehingga tanpa sadar ia malah menyebut nama china cowok itu, Liu Yangyang.

Junda malah merengut, "Jangan panggil Yang, jadi ambigu kedengarannya.."

"Jadi apa? Kan nama depannya Yang, belakang Yang. Bakal aneh kalo gue panggil Herdianto."

"Panggil Yenan aja.."

"Junda cemburu, Reg." Tedi menyahut. "Udah kalian ngungsi ke kamar aja. Kalo lama-lama disini bukan cuma air yang keluar dari hidung Yenan, darah juga sabi."

"BANG TEDI!!"

•••

Wildan menguap, sudah 3 jam dia menatap layar laptop tapi ga ada satupun inspirasi yang muncul. Demi sepupunya alias Yenan, Wildan rela mengorbankan waktu berliburnya dan berjibaku dengan undangan. Iya, undangan buat acara syukuran atas diterimanya proposal skripsi Yenan. Kemarin malam Bunda Yenan menelepon langsung ke Wildan, dan jelas saja cowok itu ga bisa menolak.

"Ini kalo undangan nya gue kasih gambar Mickey Mouse apa ga nangis kejer tuh si bocil.."  Wildan tertawa, mengingat kenangan masa lalu Yenan dengan badut Mickey Mouse kurang baik.

Wildan pasrah, dia bangkit dari kursinya kemudian keluar dari kamar. Niatnya sih mencari inspirasi, tapi pas dia berpapasan dengan Junda dan Rega buyar sudah niat awal cowok itu. Bukan karena dia demen sama Rega, tapi karena Rega teman dekat Sira alias gebetan Wildan.

"Hai Wil!" Sapa Rega ramah.

Wildan senyum, ganteng. "Hai.."

"Nyari Sira ya? Sayangnya gue lagi ga bareng dia, anaknya ngambis sampe pagi makanya gue tinggal kesini. Dia ketiduran dikamar gue." Rega menjelaskan panjang lebar.

Memang selalu begini setiap kali Wildan tidak sengaja bertemu dengan Rega, cewek itu selalu memberitahu Wildan apa saja yang sedang Sira lakukan. Entah darimana Rega tau kalau Wildan menyimpan perasaan terhadap sahabatnya tapi yang jelas Rega mendukung perasaan cowok itu.

BUJANG 23✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang