Rokok

616 106 4
                                    

Sedari maba, Je itu sudah terkenal banget. Jangankan senior, dosen-dosen aja pada ga bisa ngedip kalau si cowok berlesung pipi itu sudah lewat. Tapi berbanding terbalik sama kefamous-an nya, kisah cinta cowok itu agak sedikit sulit. Lebih tepatnya berliku-liku dan rumit. Banyak cewek-cewek cantik yang suka sama Je, tapi dia jatuh hatinya sama cewek biasa aja yang posesif nya luar biasa. Lagian, perempuan mana yang ga posesif kalau pacarnya setampan Je sih?

Tapi belum lama ini hubungan rumit itu sudah berakhir, tepatnya kemarin pas Je yang memang perokok aktif lagi ngerokok santai di teras kosan bareng Ten. Fauzia, atau biasa dipanggil Jia tiba-tiba aja datang ke kosan dengan wajah berapi-api siap marah ke siapa saja yang berani menghentikan jalannya ke arah Je yang lagi ngerokok santuy pake kaos ketekan sama Ten.

Entah laporan apa yang Jia terima dari teman-temannya, tetapi sudah pasti itu kabar yang buruk. Sesampainya cewek itu di hadapan Je, Ten langsung pamit undur diri karena merasa hawa di sekitarnya terasa cukup menegangkan. Tepat habis Ten undur diri, Jia langsung memborbardir Je dengan sejuta omelan dan tidak memberi cowok itu kesempatan untuk untuk melakukan pembelaan.

"Masa depan kita itu masih panjang Je! Kalo kamu begini terus gimana nanti? Kamu mau mati muda?!"

"Ngomong apa sih kamu? Aku ga paham..." Je hanya mengerutkan alis samar, ya gimana engga soalnya dia baru bangun tidur udah diserang begini.

"Sekarang gini deh, kamu pilih aku atau rokok?"

"I can't choose."

"Oke, sekali lagi aku tanya. Kamu pilih aku atau rokok? Siapa yang selalu ada buat kamu?!" Jia mulai tidak sabar, tapi dari matanya ia menunjukkan emosi yang luar biasa tidak dapat ia tahan.

"Rokok sih.."

Belum sempat Je melanjutkan, Jia sudah emosi duluan dan mengucapkan kata-kata keramat yang biasa orang-orang pacaran takutkan. Jia minta putus dan langsung memborbardir pergi begitu aja.

"Soalnya rokok nemenin aku di kosan, sedangkan kamu engga..."

Dari pintu ruang tengah, Ten cuma bisa geleng-geleng kepala menyesali kebodohan Je. Ten agak prihatin karena selama sepak terjang cinta nya, dia ga pernah sama sekali diputuskan cewek secara sepihak kaya Je tadi.

"Aduhai, lo goblok apa gimana sih?" Ten tiba-tiba sudah duduk di tempat kosong samping Je.

"Maksudnya?"

"Kalo cewek nyuruh milih itu, udah jelas dia mau nya dipilih. Ngerti ga?" Ten mengambil gitar dari sudut ruangan, kemudian menggenjreng asal benda itu.

"Kaya Jia tadi?"

"Iya. Dia bilang gitu sebenernya dalam hatinya dia mau lo milih dia ketimbang rokok, tapi lo malah kebalikannya. Goblok bener."

"Jadi lo nguping?"

"Ga nguping ya anjeng, gue ga sengaja denger soalnya suara Jia nyaring banget kaya pake toa masjid."

"Jia tadi nanya siapa yang selama ini ada buat gue, ya gue jawab rokok lah. Kok gue yang salah?" Je menggaruk kepalanya frustasi.

"Mau apapun pertanyaan nya, pilih cewek adalah jalan ninjaku. Itu aja sih pesan gue, Je."

Antara bingung dan kesal, Je hanya bisa mengangguk lantas menatap nanar pagar kosan yang beberapa menit lalu dilewati Jia sebelum gadis itu hilang dibaliknya.

•••

BUJANG 23

Ten
|niu niu niu niu

BUJANG 23✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang