ToD

617 129 0
                                    

Seperti biasa hari libur selalu diisi sama bujang yang sudah pasti ngumpul di ruang tengah. Jangan tanya kegiatan Yenan dan Tedi karena sudah pasti nonton serial India, mulai dari Uttaran sampai Jodha Akbar juga mereka jabanin. Juna sih ngikut aja nontonin kelakuan nenek Tapasya yang jahat banget ngalah-ngalahin jahatnya Dakyung dalam drama korea tentang pelakor yang pernah dia tonton bareng Nayaㅡgebetannya. Sementara Lele, sudah sibuk nyandar enak ke bahuㅡsambil tidurㅡJe yang mau ga mau ikut nonton Uttaran karena dia gabut di kamar.

"Main ToD hayu!"

Nyaris seisi ruang tengah menoleh ke Ten yang sudah berpose layaknya siap ditantang habis-habisan jika menerima tawaran main ToD nya. Sebagai junior kosan yang baik, Mudra Saka langsung mendekat untuk bergabung dalam permainan yang cukup jadul itu, diikuti Yuda, Joni, Tama, Luke, Nana, Wildan, Jiran, dan Junda. Yenan dan Tedi masih setia banget nonton Uttaran, dari muka mereka berdua kelihatannya biarpun ada angin topan yang lewat mereka berdua bakal tetap setia nontonin kisah hidup Ichcha dan Damini itu. Sementara Je cuma bisa meringis karena bahunya mati rasa karena di sandarin sama Lele. Ya gimana ga mati rasa, kepala yang nyandarin aja beratnya 5 kg. Sudah jadi rahasia umum sih kalo kepala Lele gede dan di kosan dia dapat julukan 'Raja Kepala nomor 1', sementara Raja Kepala nomor 2 ditempati Jiran, dan yang ketiga ditempati Mahen. Lele malah bangga dapat julukan itu, karena menurutnya kepala besar dan berat itu tandanya otaknya gede dan berisi alias cerdas.

Setelah membuat lingkaran sempurna, mulailah Luke memutar spidol permanenㅡpunya Mudra yang tergeletak begitu aja di ruang tengahㅡdi tengah-tengah mereka. Jujur saja, ada rasa dagdigdug syahdu yang Yuda rasakan ketika ujung spidol itu menunjuk kearahnya. Banyak kekhawatiran yang muncul di dadanya, tapi cepat-cepat dia tepis sebelum pertanyaan pertama datang dari Nanaㅡyang dari beberapa bulan lalu sudah kepo setengah mati sama ketegaran Yuda si korban perselingkuhanㅡkarena Yuda memilih opsi truth ketimbang dare. Alasannya cukup simple, Yuda takut anak kosan pada nyuruh dia yang aneh-aneh kalau milih dare.

"Bang, caranya move on gimana? Gue cemen banget soalnya.."

Yuda menghela nafas dalam, sudah menduga pertanyaan semacam ini pasti akan muncul juga. "Ga tau, gue juga diajarin Joji. Katanya sih let it flow."

Setelah anggukan paham dari Nana, sekarang pertanyaan datang dari Saka. "Lo bahagia ga sekarang, Bang?"

"Iya, gue cukup bahagia sekarang...berkat kalian semua.."

Hampir seisi ruang tamu langsung hening begitu dengar pengakuan Yuda, bukannya apa hanya saja jarang-jarang seorang Yuda bisa melankolis begini. Banter-banter Yuda menye-menye itu setelah putus cinta kemarin, sisanya dia tetaplah Yuda yang kuat seperti biasa. Je jadi yang pertama kali bersuara, jelas ada nada bangga dalam suaranya. Bangga karena Yuda baik-baik saja, dan juga karena perempuan kurang baik itu kini telah jauh dari Yuda.

"Bang, kalo sekarang gue mau terharu boleh ga?"

"Silahkan," Yuda mengangguk. Belum sempat dia menyambung perkataan, Luke sudah nyosor memeluk. Lagi-lagi sudah jadi rahasia umum kalau hati terlembut itu dimiliki oleh seorang Luke. "Tapi maksud gue ga pake meluk juga.."

"Ga papa Bang, ini free hug. Makasih udah kuat."

"Iya di lo mah ga papa, tapi gue udah mau sesak nafas ini.." Yuda menggumam nyaris semaput, rupanya-rupanya pelukan Luke sangat kencang di lehernya.

Joni cepat-cepat memisahkan, "Ey, mati anak orang wey!"

"Maap Bang Yuda, abisnya dirimu pelukable sih.."

"Lanjut ToD ga nih? Kalo engga gue mau balik kamar." Ten mode sensi sekarang sudah diaktifkan, membuat baik Yuda Joni maupun Luke langsung kicep ditempat masing-masing.

BUJANG 23✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang