Bogem

379 71 4
                                    

Hari sudah malam saat bujang sampai di kosan Doni, yang bujang lihat hanyalah 2 orang yang sedang berbicara santai. Amat santai, bahkan seperti teman lama yang sedang mengobrol biasa. Tapi yang mereka ga tau adalah, Doni sudah siap meninju pipi kanan Tama dengan tangannya. Baru tangan cowok itu melayang, Tama sudah menahannya dan membalas dengan bogem mentah tepat di dagunya. Bujang panik, mereka takut kalau Tama kalap dan menghabisi Doni.

Dengan cepat Joni langsung melompati pagar setinggi pinggang didepan kosan Doni dan menahan Tama, sementara Yuda mengikuti dan Ten menggelengkan kepalanya karena melihat Lele, Hanan, Nana, dan Yenan hampir ikut meloncat juga.

"Alay amat tuh orang dua, ini kan bisa dibuka pake tangan pagarnya. Ga perlu drama loncat pagar kali. Para bocil, ga usah ikutan drama. Ntar kalo lo pada loncat terus tuh biji kembar nyangkut gimana? Mau?"

Hanan otomatis bergidik, "YA GA MAU LAH."

Diam-diam Yenan menyahut dengan suara pelan, "Aset ini.."

Ditengah keributan kecil yang dibuat oleh Bujang, ponsel Lele berdering dan menampilkan nama Cece disana.

"Eyyow." Sapa Lele riang, padahal ia sedang panik karena didalam sana Joni tengah berhadapan dengan Doni.

"Where are you lil boy?" Suara Cechel kedengaran sendu di seberang sana.

"Cece nangis lagi?"

"Engga ih. Angel doesnt cry over human, Le."

"Jadi kenapa suaranya bindeng?"

"Pilek, depan pagar kosanmu dingin banget."

"CECE DI DEPAN KOSAN KU???"

"Iya..."

"I'm on my way, Ce."

"Loh kamu lagi ga di kosㅡ"

Tut. Panggilan dimatikan sepihak oleh cowok berkulit cerah itu.

•••

"Tam, udah Tam. Chelsea ga bakal suka lo begini." Perkataan Yuda itu yang membuat Tama otomatis berhenti melakukan serangan.

"Ternyata lo beneran suka sama mantan gue ya? Saking cupu nya lo cuma berani jadiin sahabat? Najis." Cibir Doni ditengah-tengah bibirnya yang berlumuran darah.

Joni menoleh sambil melayangkan tinjunya, "Diem lo jelek. Mau tambah jelek?"

"Coba..."

BUGGG

Satu bogem mentah Joni jatuhkan pada pengecut di hadapannya. "Itu buat lo karena udah berani jahat ke Chelsea."

Doni ternyata pingsan.

"Kan, nambah kerjaan lagi John. Ini si bangsat pingsan, masa kita gotong kerumah sakit sih? Males banget gue..." Keluh Yuda.

"Loh emang dia ga punya temen?"

"Mana ada anak kos sini yang mau temenan sama pengecut?"

"Anjir, biarin aja lah disini. Pelajaran juga buat dia." Joni masih keras kepala.

"Ya udah deh.." Yuda pura-pura terpaksa saja, padahal dalam hatinya ia senang Doni terkapar tidak berdaya. Jarang-jarang kan bisa menghukum bajingan seperti ini?

BUJANG 23✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang