Tipe cowok

344 65 2
                                    

Sudah sebulan lamanya sejak kepergian Rega, Junda masih menetap dirumah orangtuanya entah karena apa. Beberapa korban lain sudah sembuh dan sudah beraktifitas seperti biasa, tapi masih ada luka basah yang Rega tinggalkan untuk mereka di kosan putri. Saat Rega dikebumikan pun Bujang ikut mengantar, dan menguatkan Junda. Satu hal yang masih Junda ingat adalah perkataan Luke hari itu.

"Jangan lama-lama sedihnya Jun, kasian Rega." Kata cowok tinggi itu sambil mengelus pundak Junda.

Junda menunduk, masih menangis. "Mana bisa Luke.."

"Bisa, lo harus ikhlas Jun."

"Gimana caranya..." Junda masih sesenggukan. "Gue ga bisa.."

"Lo tau ga barang apa yang pertama kali dikeluarin sama orang kalo rumahnya lagi kebakaran?"

Junda menatap Luke bingung. "Lo kok ngomongin kebakaran.."

"Jawab aja udah."

"Barang berharga?"

"Nah itu yang Tuhan lakuin Jun. Tuhan ngambil yang terbaik buat di selamatin lebih dulu, karena apa?"

"Karena Rega berharga?"

Luke mengangguk, "Betul banget."

Junda malah menangis lagi.

"Lo kalo di taman, liat ada bunga yang jelek ga?"

Junda menggeleng, "Ga ada, bagus semua.."

"Nah Tuhan juga gitu, semua manusia yang terbaik diambil duluan buat memperindah surga. Sampe sini paham?"

Junda diam-diam membenarkan perkataan Luke hari itu.

•••

Hendri berjalan santai ke kamar Mahen, karena hari ini ia sedang tidak ada kerjaan maka satu-satunya hal yang dapat ia lakukan adalah mengajak cowok itu main PS. Sudah berkali-kali Hendri mengetuk pintu kamar Mahen, tapi ga ada jawaban. Cowok itu awalnya mau nyerah, tapi ga jadi. Dia buru-buru lari ke kamar Juna. Benar aja dugaannya, ada Mahen disana.

"Mahen! Lo ngapain disini?" Teriak Hendri tiba-tiba, Juna sama Mahen langsung kaget.

Juna melotot, "HEH, KETOK PINTU DULU!"

Hendri langsung mengetuk pintu kamar Juna sambil tersenyum menyebalkan.

"Gue lagi gitaran buat yutup nya Juna. Lo mau kemana?"

"MABAR YUK, UDAH LAMA KITA GA MAIN PS!!!"

"Ga bisa, Mahen nya lagi gue pinjem. Kalo ga ada dia gue ga bisa lanjut filming."

Hendri menunjukkan muka julidnya, "Halah sok. Kaya yang iya iya aja yutup lo Jun."

"IYA IYA APAAN?"

"Halah banyak cocot, gue mau mabar bareng Mahen."

"BENTAR DULU, MAU FILMING ANJIR!"

"Kaya ga ada hari esok aja lo ah." Hendri langsung menggandeng Mahen keluar kamar Juna.

Juna langsung nyolot, "YA LO JUGA, KAYA GA ADA BESOK AJA. EMANG BESOK GA BISA MAIN PS BARENG MAHEN?????"

Jangan tanya Mahen gimana, daritadi anaknya sudah shock luar biasa karena dengar teriakan Juna.

•••

BUJANG 23✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang