Drama sudah selesai dimainkan, Hendri buru-buru turun dari panggung untuk ketemu Rafa yang udah nungguin dia di ruang make up. Sebenarnya bujang pada janjian mau nonton drama nya Hendri, tapi takdir berkata lain. Jelang H-1 acara, para bujang tiba-tiba dapat jadwal dan jadilah cuma Rafa yang bisa menyemangati cowok yang habis patah hati itu. Kebetulan diluar sedang gerimis, kalau Hendri masih menghayati patah hatinya kemungkinan cuaca seperti ini sangat mendukung.
Semenjak peristiwa mabuknya Nini sebulan yang lalu, Hendri jadi kurang semangat buat latihan drama. Mungkin faktor tertolak dengan cara yang amat sangat pahit kali ya. Nini juga jadi kurang enak hati ke Hendri, padahal kan awalnya dia cuma ga mau cowok itu patah hati karena tertolak, eh ujung-ujungnya Hendri malah beneran patah hatinya. Bukan cuma patah, lebih tepatnya hancur berkeping-keping. Kasian.
Juna sempat mencoba membantu lewat teman dekatnya NiniㅡHaifaㅡtapi ujung-ujungnya malah dia yang jadi dekat sama Haifa. Bukan dekat dalam konteks cinta sih, entah bukan atau belum. Juna juga ga bisa bilang dia ga tertarik ke Haifa, karena ga tau kenapa setiap dekat cewek itu jantung nya jadi bergetar syahdu.
"Minum dulu, udah selesai drama nya masih gugup aja."
Rafa menyodorkan sebotol air mineral kemasan dengan tangan kanan nya, tetapi mata sipitnya sibuk meneliti guratan di wajah cowok kelahiran 1999 itu.
"Ga gugup kok."
"Terus?"
"Ga tau ini apa, tapi setiap gue ketemu Nini rasanya kaya...apa ya? Ga bisa di jelasin." Hendri malah curhat dadakan.
"Lo kaget kali dia ganda putri."
"Engga juga. Gue lebih kaget karena seganteng gue malah ditolak sama dia, Nini emang beda."
Rafa menepuk jidat nya, ternyata Hendri bercanda sejak tadi. "Bangsat lo, gue kira beneran belum move on."
"Ketipu kan lo~"
"Abisnya ekspresi lo bener-bener meyakinkan."
"Berarti skill acting gue meningkat. Harusnya lo bangga, kali aja entar gue jadi artis." Hendri tersenyum ganteng, menampilkan barisan giginya yang rapi.
"Lo mau jadi artis?"
Kalau diibaratkan sebuah film, mungkin yang terjadi sama Hendri kali ini adalah klimaks nya. Gimana engga, sekarang ini Niniㅡyang masih pake gaun Cinderella nyaㅡlagi menunggu Hendri jawab pertanyaannya. Rasa-rasanya Hendri mau mengubur diri aja, sementara Rafa mesem-mesem ga jelas.
"Engga."
"Sorry, ga bermaksud nguping. Gue cuma ngambil minum tadinya, tapi jadi kepo pas denger lo mau jadi artis."
"Udah lama?"
"Apanya?"
"Nguping nya.."
"Lumayan.."
Rafa berdeham, membuat kedua anak adam di dekatnya menatap kearahnya kaku. "Gue pamit dulu, entar kita lanjut lagi Bang."
Hendri cuma mengangguk, dalam hati dia geli sendiri dengar Rafa manggil pake 'Bang' seperti tadi. Sudah biasa bagi seorang Rafa Arjuna Mahesa untuk memanggil Hendri pakai embel-embel 'Bang' kalau ada orang lain disekitar mereka. Kalau ga ada orang lain, ya manggil nama aja. Dasar Rafa.
"Jadi lo dengar?" Lanjut Hendri, menatap Nini penuh selidik.
"Gue kira lo becanda aja tadi."
"Gue serius sebenernya cuma ga enak aja sama Rafa, masa gue curhat di situasi begini ke dia. Kan ga mungkin."

KAMU SEDANG MEMBACA
BUJANG 23✓
Fanfiction23 orang laki-laki dalam satu kosan. Apa yang akan terjadi?