"Ini udah lengkap apa belum? Mobil Wildan sama mobil lo udah kosong kan?" Tanya Tama sekali lagi pada Je, sambil berusaha menghitung teman-teman kosannya.
Hanya membutuhkan 3 mobilㅡmilik Wildan, Je, serta Tamaㅡuntuk mengangkut 23 bujang kerumah Bu Kos untuk menghadiri acara penyambutan penghuni baruㅡsebenarnya acara selamatan 4 tahun kosan, tapi Hanan ngotot untuk menyebut acara penyambutan. Rumah Bu Kos juga ramai oleh para tetangga, tak lupa tenda acara yang wanita itu sewa seharga 2 bulan uang sewa kos menambah suasana ramai pada acara ini.
Para bujang sudah duduk rapi berjejer membuat para tamu yang hadir kadang merasa silau akan paras tampan mereka, belum lagi sikap ramah yang mereka tunjukkan bisa membuat anak perawan yang hadir kejang-kejang. Setelah doa bersama yang dipimpin Ustad Mahmud, para tamu langsung beralih pada prasmanan yang di sediakan oleh Bu Kos.
Mudra sedari tadi tak bisa duduk dengan tenang karena ia penasaran akan satu hal. Tenggorokan nya seolah-olah mengisyaratkan untuk menyumbangkan lagu dangdut hari ini, tapi ia sendiri bingung apakah Bu Kos menyediakan tempat untuk dangdutan atau tidak di acara ini.
"Ada dangdutan nya ga nih?" Tanya Mudra sambil berbisik pada Saka. "Kalo ada gue mau nyanyi oplosan."
Saka menoleh ogah-ogahan, "Shhtt...berisik. Mana gue tau, kan gue daritadi disini sama lo."
Mudra kini beralih pada tamu yang baru saja lewat di sampingnya sambil membawa sepiring nasi dan rendang sebagai lauk. "Punten Mbak, mau nanya."
Gadis yang sedang kesemsem kegantengan Mudra itu langsung terkesiap, "Mau nomor hp ya? Aduh sini mana hp nya, langsung chat aja ntar."
"Bukan Mba, mau nanya yang lain." Mudra menggeleng. "Ini ada dangdutan nya ga?"
"Oh.." Gadis itu tersenyum malu. "Ada kok, tadi saya baru aja nyumbang lagu Stasiun Tugu."
"Asik ga gendang nya Mba?"
"Lumayan lah buat acara selamatan gini,"
"Oh ya udah Mba, makasih banyak ya." Mudra tersenyum ramah kemudian berniat kembali menuju tempatnya semula.
"Eh bentar dulu, ini yakin ga mau nomor saya?" Gadis tadi rupanya masih gigih ingin menyerahkan nomor ponselnya pada Mudra.
"Ga Mba, makasih."
Mudra buru-buru beralih kemudian berbisik pada Hanan, Lele, Hendri, Juna, Mahen, Luke, Joni, Yuda, hingga berlanjut ke bujang lainnya. Cowok itu mengajak para teman dan abang-abang nya untuk ikut serta dalam dangdutan nya malam ini.
"Ikut ga Bang?" Tanya Mudra pada Hendri yang masih berpikir keras.
"Bentar, mikir dulu."
"Mikirin apa sih? Lama amat." Protes Hanan. "Orang tinggal naik, terus nyanyi dikit, habis itu joget-joget doang kok."
"Gue mikir kalo misalnya gue ikut nyanyi, ntar pas turun panggung gue kehabisan rendang ga ya?"
"Aish, itu mah gampang. Tinggal minta Bu Kos bungkusin aja, kalo perlu sekalian Mas catering nya kita bawa pulang. Gimana?" Hanan bertanya lagi.
"Oke deh, kuy." Hendri sudah siap berdiri diikuti Mudra.
Tapi sebelum itu, suara Joni menginterupsi. "Tapi panggung nya roboh ga kalo kita naik semua?"
"Ga kayanya, tiang nya dari besi kok." Mahen menunjuk panggung yang memang terbuat dari besi dan kemungkinan akan kuat menampung mereka ber-23.
"Ya udah, kuy naik. Gue mau dangdutan nih sekalian ngilangin sedih." Kata Yuda.
"Bentar, gue mau ngasih tau Bu Kos dulu."
Setelah mengatakan hal itu, Tedi langsung berjalan menuju Bu Kos yang sedang mengobrol bersama para tamunya. Sebenarnya Tedi tidak enak hati untuk mengganggu obrolan yang kelihatannya asik itu, tapi mau bagaimana lagi para bujang sudah mendesak ingin dangdutan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BUJANG 23✓
Fiksi Penggemar23 orang laki-laki dalam satu kosan. Apa yang akan terjadi?