Langit dan Bumi

597 97 10
                                    

Masih terlalu pagi saat Juna harus berdiri kemudian menahan teriakan heboh dari mulutnya karena sebuah panggilan di teleponnya. Cowok itu berdiri kemudian memperbaiki tatanan rambutnya dengan jari di depan kaca, kemudian mengangkat telepon yang berasa dari Nayaㅡgadis sunda yang sedang dekat dengannya selama 7 bulan ini.

Bisa dibilang, perjalanan kisah cinta Juna susah-susah gampang. Ada saat dimana ia ingin menyerah setelah tertolak oleh crush masa SMA nya, kemudian bersemangat untuk move on dan memilih fokus pada pelajaran saja. Terbilang rumit, tapi begitulah adanya. Hendri serta Luks sering menyaksikan patahnya hati Juna semasa SMA dulu, mereka bahkan bingung sendiri mengapa para gadis yang disukai Juna memilih untuk menolaknya. Padahal kalau urusan setia tidak usah ditanyakan, Juna juga rupawan, dan yang paling penting ia baik hatinya.

Juma pernah ditolak seorang gadis yang sangat ia sukai sejak pertama kali bertemu, dan dampak patah hatinya itu membuat Juna agak sedikit trauma dengan urusan percintaan. Ia takut ditolak lagi, ia sering merasa tidak pantas, dan banyak pemikiran-pemikiran jelek yang sering hilir mudik masuk ke otaknya. Tapi bersama Naya saat ini, Juna merasa diterima. Tapi tidak secara keseluruhan karena kelihatannya Ibu Naya tidak suka padanya.

"Kamu udah bangun?"

Juna tersenyum saat mendengar suara gadis itu, sangat menggemaskan. "Udah. Ini kamu lagi dirumah?"

"Iya, lagi dirumah. Ntar siang aku kesitu deh sekalian aku bawain masakan aku sama Ibu, mau ga?"

"Ga usah repot-repot, aku udah makan kok."

"Ih ga repot.."

"Kamu aja yang makan, biar kuat nugas nya."

"Kamu ga mau rasain masakan aku nih ceritanya? Sumpah masakan ku enak kok, beneran deh.."

"Ga gitu."

"Terus?"

"Ga enak diliat tetangga, anak gadis main ke kosan cowok. Mending aku aja yang nyamperin kamu entar, gimana?" Lagi-lagi Juna, dan segala kebaikan hatinya.

"Ya biarin aja sih, kan kita ga ngapa-ngapain juga Jun.."

"Seriusan Nay, ejtar aku aja yang nyamperin. Mau ya?"

"Iya deh.."

"Kamu ga ngambek kan?"

"Dikit.."

"Kita ketemu dimana nanti?"

"Di kantin fakultas aku aja ya? Karena aku ngambek dikit, jadinya aku yang nentuin tempat. Oke?"

Juna tersenyum lagi, entah bagaimana awalnya ia bisa kenal dekat dengan gadis menggemaskan yang sedang mengobrol via telepon dengannya ini.

BRAK

Ditengah-tengah rasa bahagianya, suara pintu dibuka dengan paksa diseberang sana membuat Juna terkejut. Ia lantas mendengarkan lebih lanjut, takut ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada Naya barangkali penculikan, mungkin?

"Kamu ngapain? Telponan sama siapa?"

Suara itu terdengar familiar di telinga cowok itu, sepertinya suara milik Ibu Naya.

"Sama Juna."

"Oh, si pengangguran itu."

Juna mengedipkan matanya, sepertinya tidak sopan kalau ia menguping seperti ini. Tapi rasa penasarannya juga tak kalah penting.

"Ibu apaan sih? Ngomongnya kok begitu?!"

Terdengar suara Naya yang kesal tapi sekeras mungkin ia tahan agar tidak berteriak. Juna sedikit sakit hati tatkala mendengar Naya membentak Ibunya sendiri hanya gara-gara dirinya.

BUJANG 23✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang