Hari masih pagi sebenarnya, tapi Hanan sudah berkeliling-keliling kosan dengan dua orang lain yang mengikutinya di belakang. Saka dan Mudra sesekali mengangguk saat Hanan menjelaskan dengan panjang lebar kegunaan dari tiap ruangan di kosan mereka, maklum anak baru jadi perlu di ospek sedikit. Kini mereka sedang berada di lantai atas, Hanan masih juga mengoceh sampai akhirnya ia berhenti sejenak.
"Oke selesai, ada yang mau ditanya?"
Saka dan Mudra kompak menggeleng.
"Ya udah, ospeknya selesai. Selamat istirahat~" Hanan melambaikan tangannya kemudian tersenyum, sementara itu Saka dan Mudra sudah berada di depan kamar Joni yang dekat dengan tangga. "Et bentar! Ada satu lagi yang harus kalian kenal."
Kedua orang itu lantas berbalik, kemudian Saka berjalan mendekat. "Siapa, Nan?"
"Sini masuk dulu ke kamar gue, dia di dalam." Hanan membuka pintu kamarnya lebar, kemudian berjalan lebih dulu.
Mudra hanya bisa menggaruk lehernya, ia bingung. "Lo bawa orang ke kamar diem-diem?"
"Aih, jangan suudzon dulu sahabat seimanku~" Hanan membuka lemarinya, lantas menenteng celana pendek berwarna abu-abu. "Nih, kenalan dulu."
"Lo mau kita kenalan sama kolor?" Saka berucap dengan nada tidak yakin.
"Iya, ini namanya Lindsay. Jadi kalo nanti gue teriak 'ada yang liat Lindsay ga?' kalian jadi ga bingung."
"Oke..." Mudra mengangguk. "Hai...Lindsay."
"Ga usah dimanusiakan si Lindsay, dia kolor biasa kok. Dia lebih keren dari kolor lain cuma gara-gara punya nama doang." Hanan tersenyum kemudian menaruh kembali celana itu di lemarinya.
"Udah nih?"
"Udah Ra, lo bedua boleh balik ke kamar masing-masing. Bye, sampe ketemu di ruang makan."
•••
Saka dan Mudra melewati kamar milik bujang lain satu persatu, ada kamar Tedi, Hendri, Junda, Jiran, Jehan, Yuda, Je, Luke, Wildan, dan Joni. Keduanya langsung berpisah begitu sampai di depan kamar masing-masing, setelah berpamitan. Kosan Bujang 23 memang sedang lumayan sepi, karena kemarin malam Tama kembali kerumah orang tuanya untuk menghadiri acara keluarga. Anak kosan lain merasa seperti ditinggalkan oleh Mama mereka, karena di kosan ini yang berperan sebagai Ayah 1 adalah Tama dan Ayah 2 adalah Kun.
Yenan keluar dari kamarnya, ia cukup bosan dengan kegiatan memerhatikan langit-langit kamar sehingga cowok itu berlari kecil menuju ruang tengah untuk menonton TV, ya apa lagi kalau bukan Jodha Akbar. Tapi karena jam masih menunjukkan pukul 9, maka Yenan dengan amat sangat terpaksa harus menonton Uttaran karena belum waktunya Jodha tayang.
"Kok jadi nonton ini? Jodha aja.." Lele kemudian duduk di samping Yangyang sambil meletakkan toples berwarna kuning ditengah-tengah mereka.
"Apa nih?" Yenan menunjuk benda kuning itu.
"Keripik singkong, enak banget. Cobain deh." Lele kemudian membuka toples itu lantas menyomot segenggam untuk ia masukkan ke mulut.
Yenan pun mengikuti, setelah beberapa kali mengunyah ia pun mengangguk setuju. "Iya enak. Beli dimana?"
"Kemaren gue sama Jiran jajan ke Indomaret, eh habis itu kita liat ada abang-abang penjual keripik. Ya udah deh, beli."
"Lo kemaren jajan ke Indomaret?!!" Heboh Yenan.
Lele mengangguk santai sambil menatap layar TV yang sedang menampilkan wajah Ichchaㅡpemeran utama serial Uttaranㅡyang sedang bersedih karena ditinggal Ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUJANG 23✓
Fanfiction23 orang laki-laki dalam satu kosan. Apa yang akan terjadi?