Dedek galak

600 113 2
                                    

"SIAPA YANG NGIJININ MAHEN MASUK DAPUR?!!"

Bujang cuma bisa kicep kalau Daffa sudah mode senggol bacok begini. Ya gimana engga, ternyata eh ternyata Mahen yang paling dilarang keras masuk dapur malah kedapatan lagi bikin cookies bareng Ten sama Joni. Tapi untungnya, Daffa ga tau kalau sebenarnya beberapa hari yang lalu Mahen juga masuk dapur buat belajar masak bareng Jiran.

"Gue."

Joni bersuara, dari guratan wajahnya bisa dilihat kalau dia keliatan merasa bersalah dan sedih disaat yang bersamaan.

"Ngide darimana? Kalo kebakaran, lo mau tanggung jawab?" Daffa yang emosi ga bisa lagi nahan sejuta pertanyaan yang bersemayam di kepala imutnya.

"Toh ga kebakaran kan."

"Bayangin aja kalo yang terjadi malah sebaliknya, lo mau ngapain? Kalo kita lagi pada tidur dikamar terus ini kos kebakar, lo mau gimana?"

"Lagian juga tangan Mahen ga seburuk itu Daff, ga perlu selebay ini. Lo ga liat apa anak-anak pada takut sekarang?" Joni sekarang sedang memerhatikan satu persatu bujang yang lagi nunduk takut.

Bukannya gimana, cuman Daffa kalo marah itu serem abis. Benar kata orang, kalau orang sabar marah itu lebih seram dari apapun. Diam-diam Jiran lagi nahan sesenggukan karena nangis, dia juga merasa bersalah karena udah bawa Mahen ke dapur waktu itu.

"Yang salah gue, maaf Bang Daff. Bang Joni, Bang Ten, sama Jiran ga salah apa-apa. Ini murni karena gue yang maksa mereka." Mahen buka suara sambil menyatukan kedua telapak tangannya, berniat minta maaf.

Daffa malah mengernyitkan dahi, dari kata-kata maaf Mahen tadi sepertinya ada yang salah.

"Kok lo bawa-bawa Jiran?" Daffa mengalihkan pandangannya ke Mahen. "Jadi sebelum ini lo juga pernah ke dapur tapi bareng Jiran? Gitu?"

Sadar kalau ternyata dia keceplosan, Mahen menyengir. "Maaf banget Bang, Jiran ga salah kok.."

"Ji, jelasin."

Jiran yang merasa terpanggil langsung mengangkat pandangannya, mau tidak mau dia harus cerita semuanya ke Daffa. Matanya yang berkaca-kaca habis nangis membuat seluruh kemarahan yang ada di dada Daffa mereda. Rupa-rupanya cowok yang digadang-gadang mirip kelinci itu ga tega liat Jiran keluar air mata.

"Beberapa minggu yang lalu..." Jiran baru mau buka mulut lagi pas Tama memeluk dia dari samping.

Jatuhlah pertahanan Jiran, dia nangis sesenggukan dan akhirnya bujang yang lain ikut meluk sambil ngelus punggung nya yang keringatan gara-gara gugup. Kalau sudah begini posisinya, Daffa jadi kelihatan kaya orang jahat sedunia. Dan ga lupa Ten nyinyir dulu sebelum Daffa pergi.

"Ngajak Mahen ke dapur doang lo sealay ini Daff, kaya ga pernah ngelakuin kesalahan aja lo."

Tanpa ngomong banyak, Daffa langsung kembali ke kamarnya. Mungkin kalau situasinya sudah lebih baik buat Jiran, dia bakal minta maaf. Perasaan ga tega, kasihan ke Mahen, dan ga enak sama bujang yang lain berkecamuk di kepala Daffa. Daffa tidak salah, sama sekali engga. Niatnya baik mau mencegah kebakaran dapur, tapi realisasi nya yang salah. Kan sudah jadi kebiasaan orang Indonesia kalau dilarang malah makin menjadi-jadi. Tapi Mahen kan orang Kanada...

•••

Wildam lagi duduk santai di ruang tengah sambil melamun bareng Rafa kala Mudra ikut bergabung di sofa mereka. Pergerakan yang terjadi membuat dua cowok china itu menoleh dan mendapati Mudra lagi cemberut abis. Untung aja mukanya tetap ganteng.

"Gelas Lele kemaren udah lo ganti?"

Wildan yang pertama kali buka suara, karena dia ga punya topik akhirnya cowok bermata sipit itu mengangkat topik sensitif yang terjadi beberapa hari lalu. Iya, pecahnya gelas kesayangan Lele yang hampir jadi trending topic di grup BUJANG 23.

BUJANG 23✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang