Good job, Saka!

909 180 13
                                    

"Nan!"

Hanan langsung berbalik sambil memerhatikan seseorang yang memanggil nya tadi, ia menaruh sumpitnyaㅡyang ia gunakan untuk makan mi ayamㅡlantas menyipitkan mata. Ternyata Yenan, cowok itu kini tengah berlari kecil menuju Hanan sambil membawa mangkuk beserta es teh miliknya.

"Apa?" Tanya Hanan sambil melanjutkan makan begitu Yenan sudah duduk di hadapannya.

"Ga papa, panggil aja."

"Anjir gue kira kenapa."

Yenan meminum es tehnya, "Lo pulang bareng siapa ntar?"

"Mau ikut?"

"Yoi."

"Kita bertiga ya bareng Jehan." Jawab Hanan santai.

"Bertiga satu motor?"

"Hooh, kenapa?"

"Ga di tilang?"

"Engga lah, kan ga lewat jalan raya."

Setelah mengangguki perkataan Hanan, Yenan dengan segera menghabiskan makan siangnya. Kebetulan hari ini kelasnya sudah selesai sehingga tidak ada alasan untuknya berlama-lama di kampus. Yenan ingin pulang ke kosan kemudian mabar bersama Luke, Hendri, dan Mahen seperti yang mereka janjikan semalam.

Agak lama keduanya hening karena fokus pada makanan masing-masing hingga akhirnya Hanan bersuara.

"Ngerasa ga sih mi ayam nya manis?"

Yenan melirik warna kuah di mangkuk Hanan sebentar lantas berujar, "Ya iyalah, kan lo kasih kecap."

"Engga. Sebelum dikasih kecap juga manis, coba deh lo pesan lagi terus rasain."

"Iya Nan, iya." Yenan pasrah mengiyakan daripada harus membeli satu mangkuk mi ayam lagi.

•••

Hanan dan Yenan menyusuri parkiran perlahan-lahan, karena sedang mencari Jehan. Tadi saat Hanan menelepon, Jehan bilang ia sudah berada di parkiran sehingga kedua cowok itu kini mencari-cari keberadaannya. Karena tidak sabar, akhirnya Hanan menelepon lagi.

"Lo dimana nyet?" Tanya Yenan sambil merebut ponsel Hanan dari tangan pemiliknya.

"Lo yang dimana? Gue daritadi nunggu di dekat motor lo nih."

"Halo Mas Jehan, ini Yenan~" Goda Yenan, karena sepertinya Jehan tidak menyadari kalau saat ini yang memegang ponsel Hanan bukanlah pemiliknya.

"Oalah si anjrit, pantas aja beda suaranya. Dimana lo bedua?"

"Di motor nya Hanan. Lo yang dimana?"

"Goblok banget gue. Tunggu bentar disitu, gue otw."

Setelah suara grasak-grusuk yang Jehan timbulkan di seberang sana, panggilan pun dimatikan. Yenan kemudian mengembalikan ponsel Hanan sambil mengedikkan bahu kebingungan.

"Apa katanya?" Tanya Hanan setelah mengantongi ponsel nya.

"Mau kesini."

"Jehan lagi banyak pikiran, banyak beban, apa gimana? Masa dia lupa motor gue sih."

Hening sejenak hingga akhirnya Yenan menyahut. "Iya kayanya, Jehan lagi banyak beban. Lo liat aja sendiri dia bawa apa.."

Hanan menoleh, kemudian melebarkan bola matanya berharap ia salah lihat. Pandangan Hanan pertama kali jatuh pada tanaman yang sedang Jehan gendong tepat di depan dadanya. Yenan hanya bisa menggeleng tak percaya dari tempatnya.

BUJANG 23✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang