🍃CHAPTER 7🍃

8.2K 665 40
                                    

Senja meletakkan buku paket yang terbuka di atas kepalanya seraya merapalkan sesuatu.

"Emangnya dengan begitu lo bisa hapal tuh buku paket?" Celetuk Angin yang sudah tidak tahan melihat Senja sedari tadi berbuat demikian.

"Kali aja. Gue paling males kalau soal ngapalin kayak gini" rutuk Senja memandang Angin datar.

"Siapa yang nyuruh ngapalin? Dipahami, ntar lo keinget sendiri!" ucap Angin yang merasa terganggu oleh tingkah Senja.

Kini mereka sedang belajar bersama karena besok sudah mulai ulangan semester.

"Kalau gue nggak ngapalin mana gue inget. Orang ini tentang pasal undang-undang" Senja membaringkan dirinya dan menutup wajahnya dengan buku paket tersebut.

"Gue heran aja! Undang-undang dibuat kagak dipraktikin, tapi kebanyakan di update. Itu undang-undang apa aplikasi?" Senja menghembuskan napasnya kesal.

"UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi" Senja membaca dengan keras. "Diberantas kagak, di follow iya" gerutu Senja.

Angin mengidikkan bahunya, "ngeberantas kan rencana? Namanya manusia keseringan khilaf!" Sela Angin.

"Hai, Mami pulang!" Teriak Maya yang baru saja kembali dari kantornya.

"Rajinnya anak-anak Mami" Maya duduk di antara Senja dan Angin.

"Mami cuci kaki dulu sana!" Ucap Angin tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya.

"Iya, iya" balas Maya bangkit berdiri.

"Sekalian makan ya, Mi. Tadi Angin udah masak" ucap Angin membuat Maya berbinar.

"Terimakasih Abeng sayang" Maya mencubit pipi Angin gemas kemudian melangkah menuju meja makan.

"Jangan lupa soal service motor ya, Kong!" Ucap Angin membuat Senja melempar buku paketnya asal.

"Oh iya, ya" Senja menggeliatkan badannya, "habis ulangan semester kelar aja ya" ia pun bangkit dan merapikan bukunya.

"Udahan?" Tanya Angin melihat Senja berkemas.

"Iya. Gue mau ngisi perut gue dulu" ucapnya menuju kamar untuk mengembalikan bukunya. Setelah itu ia kembali turun dan bergabung bersama Maya yang tengah menyantap makanannya.

"Angin mana?" Tanya Maya karena hanya Senja yang bergabung.

"Masih belajar. Tadi udah makan dia" jawab Senja, Maya mengangguk.

"Tadi nggak makan bareng?" Tanya Maya lagi.

"Tadi Senja juga udah makan. Tapi sekarang Senja laper lagi" balas Senja menyuapkan nasi ke mulutnya.

Maya mengangguk dan tersenyum, "kamu itu kayak Mami. Cepet lapernya. Apalagi kalau kebanyakan mikir" Maya terkikik melihat kelakuan Senja yang sama sepertinya.

"Kalau Topan pasti miripnya sama Papi ya, Mi?" Pertanyaan Senja membuat Maya tersedak.

"Minum, Mi!" Senja memberikan segelas air putih kepada Maya.

Maya meneguk air putih itu hingga tandas.
"Hati-hati dong, Mi. Senja nggak abisin ayamnya kok" canda Senja.

"Mi" panggil Senja kemudian.

"Hm?" Maya menggumam karena masih mengunyah makanannya.

"Papi itu orangnya seperti apa?" Tanya Senja hati-hati.

"Ehmmm..." Maya memasang wajah berpikir, "dia adalah pria yang hebat".

Sebuah senyuman menghiasi bibir Maya. Ia melirik Senja yang menunggu kelanjutan ceritanya.

Taklukan Gay Itu![✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang