🍃CHAPTER 30🍃

5.6K 552 3
                                    

"Dari mana aja, lo?"

Senja tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya mendengar pertanyaan Angin. Apalagi raut wajah kembarannya yang tiba-tiba menyeramkan seperti itu membuat Senja harus menyusun kata-kata sebaik mungkin sebagai jawaban.

"Ehm, gue abis makan di warung Mang Abel"

"Sama siapa?"

"Sama Bos gue" cicit Senja. "Ada Leo juga kok di sana" buru-buru Senja menambahi, ia tidak ingin Angin berpikir macam-macam tentangnya.

"Lo begini juga di sana?"

Senja menggeleng cepat. "Nggak! Serius! Gue nggak pernah keluyuran malem-malem kok di sana" jelas Senja, "paling satu kali saat cari makan dan itu juga gue bilang ke lo. Ingat kan?"

Angin tidak menjawab, tapi ia masih mengingatnya.

"Nggak usah keluar malem-malem lagi!" Ketus Angin membuat Senja langsung mengangguk.

Laki-laki itu bangkit dari kursinya. "Masuk!" 

Senja menurut. Ia merasa lega, Angin tidak bertanya lebih jauh lagi.

"Lo inget kan apa yang harus lo lakuin sekarang?"

Senja yang baru menapak anak tangga pertama langsung noleh ke Angin.

"Eh?" Senja kembali mengingat dan sontak ia menepuk jidatnya. "Iya-iya. Gue inget kok! Gue ambil dulu hiasannya di kamar" ucap Senja buru-buru naik, namun sebisa mungkin langkah kakinya tidak berisik supaya tidak membangunkan Maya sebelum waktunya.

Seraya menunggu Senja, Angin mengambil kue-kue kecil dari kulkas. Kemudian ia menyusun kue warna-warni itu di atas piring kemudian menyelipkan lilin di tengah-tengahnya.

Senja yang udah turun dengan membawa hiasan di kedua tangannya. Tidak banyak, hanya lampu tumbl led kelap-kelip dan beberapa pita warna-warni, juga tulisan dengan assesoris ucapan selamat ulang tahun.

Dengan cekatan Senja memasang lampu itu di ruang keluarga. Menempelkan pita dan hiasan tadi di tembok.

Angin meletakkan kue yang sudah ia susun ke atas meja. Ia juga menyiapkan minuman jeruk kemasan berukuran besar dengan tiga gelas.

"Wow!!!" Senja memekik tanpa suara. Ia terpana dengan sesuatu yang berwarna dan begitu menggiurkan di atas meja. "Gue jadi ngiler"

"Awas aja kalau lo berani ambil duluan" Angin menyipitkan matanya.

"Pokoknya yang ijo buat gue ya" Senja mengklaim miliknya. Angin hanya menatap Senja datar.

"Panggil Mami sana!"

"Siap, Bos" Senja langsung berdiri dan melangkahkan kaki panjangnya itu menuju kamar Maya.

Tokk... tokk...

"Mi" panggil Senja.

Tidak ada jawaban. Maya masih bergelung pada mimpinya.

"Mami ada tamu!" Teriak Senja.

Masih tidak ada jawaban.

"Hampir lupa. Mami kan kayak gue, kalau tidur nggak bisa dibangunin pakek cara bisikan kek gini" Senja memutuskan masuk ke kamar Maya yang memang tidak dikunci.

Benar saja, saat Senja masuk ke kamar Maya. Ia melihat Maminya itu masih tidur nyenyak dengan guling dipelukannya. Jangan lupakan dengkurannya yang berisik. Maklum, akhir-akhir ini kerjaan Maya banyak. Lelah dia.

"Mi" Senja menggoyangkan pundak Maya. "Mi, bangun!" Kini Senja mencubit pipi mulus Maminya itu.

"Ehmm" Maya hanya menggeliat tapi matanya masih tertutup rapat.

Taklukan Gay Itu![✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang