🍃CHAPTER 8🍃

8K 647 25
                                    

Senja keluar dari ruangan begitu selesai mengerjakan ulangan sistem CBT*. Sebenarnya masih ada lima belas menit sebelum bel. Tapi ia harus ke bengkel kejuruannya. Ada janji dengan Pak Arli, guru pembimbing listrik otomotif untuk melaksanakan UPK* yang sempat tertunda.

Senja mengganti seragamnya dengan wearpack. Setelah itu ia langsung mencari Pak Arli yang memang tidak mendapat jatah mengawasi ulangan dan tengah duduk  sembari mengecek laporan praktik siswa.

"Selamat siang, Pak Arli" sapa Senja mengetuk pintu yang sebenarnya sudah terbuka.

"Kok sudah ada di sini?" Tanya Pak Arli memandang Senja kemudian melihat arlojinya. "Belum bel padahal?"

Senja nyengir, "selesai ngerjain tes saya langsung cus.... datang ke sini, Pak"

Pak Arli menyunggingkan senyum kemudian berdiri.

"Soalnya gampang ya? Makanya selesai cepat" tebak Pak Arli menghampiri Senja, keluar ruangan.

Senja kembali nyengir, "yang penting PD* dan yakin aja, Pak"

Pak Arli menepuk bahu Senja, "kamu ini benar-benar deh"

"Ya harus dong, Pak" balas Senja membuat Pak Arli mengangguk sebagai tanggapan.

"Ya sudah. Kamu siapkan alat dan meja kerjanya! Bapak mau ambil buku nilai dulu"

"Siap, laksanakan!" Senja berjalan menuju tool room.

Beberapa menit kemudian Senja sudah siap dengan meja kerja dengan papan khusus rangkaian listrik mobil. Di sana, terdapat dua lampu kepala mobil, dua lampu sent, dua lampu rem dan klakson yang saling terhubung pada papan. Tugas Senja adalah membuat lampu-lampu dan klakson itu menyala atau berfungsi.

Pak Arli duduk di bangku khusus guru dan mempersilakan Senja memulai praktiknya.

00.08.55.

Senja selesai menyelesaikan rangkaian tersebut. Tadinya ia mengalami kendala pada flasher saat merangkai rangkaian lampu sent. Ia sedikit lupa kabel mana yang akan dihubungkan dengan siapa. Ck!
Tapi ia lega begitu mengecek satu persatu rangkaiannya telah berhasil.

"Oke. Bagus, Senja" puji Pak Arli setelah mencatat waktu praktik Senja.

Senja tersenyum dan menampilkan gaya khasnya ketika ia berhasil melakukan suatu hal. Menggerakkan kedua tangannya ke depan dengan ibu jari dan jari telunjuk menyerupai pistol dengan seringain dan kedipan mata. Wk!

Guru berusia dua puluh lima itu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Senja. "Sudah! Kamu kembalikan peralatannya ke tempat semula" ucap Pak Arli bangkit dari bangkunya.

"Oh ya, Senja. Nanti kamu bagi tahu Arsan sama Adin untuk mengumpulkan buku laporannya segera" ucap Pak Arli sebelum memasuki ruangan.

"Oke, Pak" balas Senja kemudian membereskan peralatan.

🍃🍃🍃

Senja berjalan menuju gerbang dengan hati menggerutu. Kesal dengan Leo yang tidak menunggunya dan mengumpati ponselnya yang ternyata tertinggal di atas kasurnya.

Senja melewati gerbang menuju halte. Ia merasa haus dan membeli es dulu. Sungguh sial, bertepatan Senja sampai di halte, bus sudah berjalan.

"Pak supir, tungguin saya!" Senja mengejar bus umum yang sudah seratus meter di depannya.

Bus berhenti saat napas Senja hampir putus. Ia sudah ngos-ngosan akibat banyak minum es dan langsung lari.

Taklukan Gay Itu![✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang