🍃CHAPTER 32🍃

5.1K 495 13
                                    

"Maya, berhenti!" Teriak Xai membuat Maya menghentikan langkahnya. 

Maya menoleh, menatap Xai yang berjarak beberapa meter darinya. Kemudian melirik bawah jembatan yang merupakan sungai dengan arus cukup deras.

"Stop!" Teriak Maya saat Xai berjalan mendekat.

Xai tidak mengindahkan teriakan Maya. Ia tetap berjalan mendekat.

"Stop atau aku lompat!" Ancam Maya menaiki pagar besi jembatan itu membuat langkah Xai terhenti.

"Jangan lakukan itu!"

"Dengarkan aku, Xai" ucap Maya lirih seraya menatap tajam ke arah Xai. "Aku sangat membencimu!" 

Setelah mengatakan kalimat itu, Maya lompat dari jembatan itu.

"Maya!"

.

.

.

"Mami!" Teriak Senja terbangun dari tidurnya.

"Mami" gumam Senja dengan napas memburu dengan jantung berdebar kencang.

Senja mendudukkan dirinya seraya menyeka air mata yang entah sejak kapan membasahi pipinya.

Aneh, Senja merasakan pipinya menjadi panas. Saat Senja melihat sekeliling ia merasa benda di sekitarnya berputar.

"Aish!" Ringis Senja saat merasa kepalanya berat dan pusing. Dia demam.

Senja baru menyadari kalau ia terlupa belum makan apapun semenjak sampai di apartemen. Dirinya juga terlalu banyak menangis dan kepalanya penuh dengan pikiran negatif, membuat kepalanya berat sampai ingin pecah.

Senja teringat isi diary milik Maya yang ia baca siang tadi lalu mengumpat dalam hati. Senja tidak menyangka kalau perjuangan Maya begitu banyak untuk dirinya dan Angin. Ia tidak tahu kalau Maminya itu pernah mengalami kisah semenyedihkan itu.

"Mami, maafin Senja" gumam Senja kembali meneteskan air mata. Kepalanya kembali berdenyut, lalu ia memutuskan membaringkan tubuhnya di kasur.

Senja tidak sanggup jika membuka matanya karena dengan begitu ia melihat benda di sekelilingnya berputar-putar, membuat kepalanya semakin pusing dan perutnya merasa mual.

Detik berikutnya Senja merasa tubuhnya menggigil. Ia sampai menaikkan selimutnya sampai leher dan mengambil guling, memeluknya erat, berharap semua itu bisa membuatnya lebih baik. 

"Mami" lirih Senja mulai mengigau. "Senja haus" ucap Senja merasa kerongkongannya kering.

"Mami" Senja mulai terisak.

Ia sadar sebanyak apapun ia memanggil Maya, Maminya itu tidak akan datang. Mengingat wanita yang sangat ia sayangi itu tak ada di dekatnya untuk sekarang.

Tangan Senja bergerak meraba ke atas nakas, mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang yang terakhir kali menghubunginya.

🍃🍃🍃

Adamson menatap langit kamarnya. Dirinya tidak bisa tidur, masih terbayang saat Senja tiba-tiba memeluknya tadi.

"Sial, kenapa aku terus kepikiran" gumam Adamson kemudian mengubah posisinya menjadi duduk, lalu mengambil ponselnya untuk melihat jam.

Taklukan Gay Itu![✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang