🍃CHAPTER 16🍃

5.9K 696 16
                                    

"Ja" panggil Sam karena sedari tadi Senja tak bersuara.

Kini mereka tengah istirahat, makan di kantin.

"Iya, Bang" jawab Senja memakan makannya setengah sadar karena mengantuk.

"Hoam..." Senja kembali menguap.

"Lo kenapa sih lemes banget? Sakit?" Tanya Sam memperhatikan wajah Senja yang kuyu.

Senja menggeleng. "Gara-gara nonton bola gue, Bang" jawabnya seraya memaksa membuka matanya.

"Haha" Sam terbahak, "lo hobi nonton bola juga?"

"Ya gitu deh, Bang. Apalagi tim favorit gue yang main semalam" jawab Senja mengambil es batu dan memakannya untuk mengurangi sedikit kantuknya.

"MU apa Liverpool?" Tanya Sam penasaran, "gue harap lo bukan di pihak MU!" Lanjutnya menanti jawaban Senja.

"Gue pegang Liverpool dong, Bang" seru Senja mulai semangat.

"Ih, kita sama" seru Sam girang sampai mengajak tos.

Saat mereka tengah mengobrol, tiba-tiba seorang laki-laki seusia Sam menghampiri mereka.

"Permisi, lo yang namanya Senja bukan?" Tanya laki-laki berusia dua puluhan itu.

"Iya, Bang. Ada apa ya?"

"Lo dipanggil ama Pak Manager. Di suruh ke ruangannya sekarang" ucap laki-laki itu.

"Sekarang, Bang?" Tanya Senja. Laki-laki itu mengangguk.

"Emang ruangannya di sebelah mana?" Tanya Senja.

"Gue anter aja, Ja. Lagian gue udahan kok makannya" Sam beranjak dari duduknya.

Senja mengangguk kemudian berjalan beriringan dengan Sam. Ternyata ruangannya berada di bangunan paling pojok lantai dua.

"Gue anter sampai sini aja, ya" ucap Sam saat tiba di depan pintu ruangan Manager.

"Iya, Bang. Makasih ya" ucap Senja sopan.

"No problem. Gue cabut sekarang ya" pamit Sam yang dibalas anggukan oleh Senja.

Tok, tok, tokk...

Senja mengetuk pintu dan langsung membukanya begitu mendengar suara yang menyuruhnya langsung masuk.

Suara pria yang akrab di telinganya.

Di sana, Arli tengah duduk di kursi kerjanya dengan laptop menyala. Namun ia nampak sedang mengisi lembaran kertas di hadapannya.

"Silakan duduk, Senja" ucap Arli membuat Senja bingung.

"Maaf, Pak. Ada perlu apa ya memanggil saya?" Tanya Senja. Karena ia berpikir kalau bukan hanya dia saja yang dipanggil, teman-temannya yang prakerin di sini juga. Tetapi nyatanya tidak. Hanya dia seorang.

"Ini surat izin buat kamu" Arli menyerahkan selembar kertas yang baru saja ia tanda tangani. "Nanti kamu serahkan ke satpam di depan"

"Surat izin buat saya? Untuk apa, Pak?" Senja menerima kertas itu dengan raut bingung.

"Pak Adamson menyuruh saya agar hari ini  kamu pulang lebih awal. Katanya ada urusan" jelas Arli membuat Senja memaki dalam hati.

"Bukannya saya masih prakerin. Mana boleh begitu, Pak?" Ucap Senja berharap Arli berubah pikiran.

Arli hanya mengidikan bahu. "Kamu sendiri tahu kan, ini perusahaan milik siapa?"

"Tahu" jawab Senja pasrah.

"Sudahlah. Tidak apa-apa. Bukankah ini misi yang harus kamu selesaikan juga?" Ucap Arli mencoba menenangkan Senja. "Hal ini tidak akan mengurangi nilai prakerin kamu. Jadi tenang saja. Serahkan sama bapak" lanjutnya.

Taklukan Gay Itu![✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang