🍃CHAPTER 14🍃

5.9K 563 13
                                    

Senja dan kawan-kawannya sampai di perusahaan tempat prakerin lima belas menit sebelum production di mulai.

Pak Arli selaku pembimbing prakerin sekaligus kepala perusahaan tersebut membawa ketiga anak didiknya mengikuti apel pagi. Kegiatan rutin sebelum memulai pekerjaan.

Pak Arli meminta anak didiknya baris paling depan.

Apel dimulai. Pak Joy, rekan Pak Arli kali ini yang memimpin apel pagi tersebut. Di sampingnya berdiri seorang pria muda dengan tuxedo hitamnya yang tak lain adalah pemilik perusahaan tersebut.

Seluruh mata karyawan tertuju pada pria bertuxedo itu dengan tatapan kagum. Karena untuk pertama kalinya bertatap muka secara langsung dengan CEO perusahaan seperti hari ini.

Lain dengan Senja yang merasa terkejut dan  langsung mengalihkan pandangannya dari pria itu.

'Sial! Kenapa harus dia. Semoga dia kagak liat gue' batin Senja mencoba bersikap biasa.

Di sana, Adamson yang jelas melihat Senja hanya bisa tersenyum dalam hati. Ia juga berpura-pura tidak melihat gadis satu-satunya di kerumunan itu.

Setelah apel selesai, Arli memberikan seragam kepada anak didiknya dan memakai APD (Alat Pelindung Diri) sebelum masuk ke production.

Arli menjelaskan proses pembuatan mobil dan menunjukkan kepada mereka, kegiatan kerja di perusahaan itu sesuai tahap prosesnya.

Pertama mereka memasuki ruang dimana banyak mesin besar yang merupakan ruang pencetakan (Press).

"Ini adalah tahap awal pembuatan mobil. Di sini, bahan baku dicetak sesuai dengan desain mobil yang sudah dibuat terlebih dahulu" jelas Arli menggunakan guide phone, karena di dalam ruangan tersebut sangatlah bising.

Selesai menjelaskan, Arli kembali mengajak anak didiknya untuk melihat proses selanjutnya. Pengelasan (welding), pewarnaan (painting), pemasangan atau perakitan (assembling), hingga final check.

"Tidak hanya pembuatan mobil saja. Perusahaan ini juga menyediakan service dan body repair" jelas Pak Arli.

Senja hanya bisa menelan ludah setelah melihat isi perusahaan yang Adamson miliki. Rasa kagumnya bercampur dengan takut. Bukan karena Adamson, melainkan dengan kemampuannya. Ia belum sempat membayangkan akan prakerin di perusahaan sebesar itu.

"Baiklah. Karena sudah memasuki jam istirahat. Sebaiknya kita makan dulu" ucap Pak Arli kemudian.

"Di sini ada kantinnya juga kan, Pak?" Tanya Senja membuat Arli ingin tertawa.

"Tentu saja. Bahkan, perusahaan ini melarang karyawannya keluar dari gerbang. Kecuali mendapat izin atau saat pulang" jelas Arli.

"Jadi, kita harus makan di kantin perusahaan gitu, Pak? Nggak boleh jajan diluar?" Tambah Senja membuat Arli mengangguk.

"Perusahaan ini menjunjung tinggi kejujuran dan kedisiplinan. Jadi, saya ingatkan. Patuhi segala aturan di sini ya" Arli mengingatkan anak didiknya.

Senja, Gaston, dan Alex mengangguk mengerti.

"Baiklah. Mari kita ke kantin" seru Arli membuat ketiga anak didiknya bersemangat. Apalagi Arli mengatakan akan mentraktir mereka.

Selesai makan. Arli menyudahi kegiatan perkenalan hari ini. Guru muda itu pun mengajak mereka untuk pergi ke asrama yang sudah di sediakan.

"Eh?" Senja memandang Arli, "di sini disediakan asrama juga, Pak?"

"Tentu saja. Bagi karyawan yang rumahnya jauh bisa tinggal di asrama dan itu tidak dipungut biaya" jelas Arli membuat Senja lega.

Taklukan Gay Itu![✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang