🍃CHAPTER 29🍃

5.3K 569 4
                                    

Senja mengetuk pintu di sebelah kamarnya. Karena tidak sabaran ia langsung masuk saja padahal Angin belum membukakan pintu untuknya.

Angin yang baru keluar dari kamar mandi terkejut melihat Senja sudah duduk di tepi ranjangnya.

"Ngapain lo di sini? Kesasar kamar karena lama nggak pulang apa gimana?" Ledek Angin membuat Senja berdecih.

"Pan, ada yang mau gue omongin. Penting!"

"Apa?" Angin ikut duduk di samping Senja.

"Lo percaya nggak kalau gue bilang kalau bokap kita masih ada?" Tanya Senja menatap Angin serius.

"Langsung ke intinya aja deh!" Ucap Angin malas menebak.

Senja nyengir, bingung juga harus mulai dari mana.

"Masih inget sama Om Xai Narangin?" Pancing Senja. Angin hanya mengangguk.

"Kalau gue bilang dia bokap kita, lo percaya?" Tanya Senja lagi.

Angin hanya diam. Tidak ada raut terkejut ataupun senang di wajahnya.

Senja lanjut menceritakan saat bertemu Xai di danau sampai soal masa lalunya dengan Maya, Maminya.

"Gue pernah nanya kan sama lo soal nama Papi kita yang sama dengan Om Xai?" Tanya Senja. Angin masih enggan menjawab.

"Nama mereka sama-sama Xai Narangin, Pan. Dan lo juga pernah nemu poto Om Xai sama Mami, kan? Nah udah tuh fix. Xai Narangin bokap kita. Valid!"

Angin masih bungkam. Tidak merespon juga tidak berkomentar. Senja menatap Angin dengan senyuman lebar.

"Pan. Kita punya Papi sekarang!" Ucap Senja girang. "Besok ulang tahun Mami, dan katanya Papi mau kasih kejutan buat Mami"

Angin menoleh, menatap Senja dengan pandangan dingin. "Segampang itu lo percaya?"

Senja mengangguk mantap. "Tentu aja gue percaya. Papi udah ceritain semua ke gue. Dan gue emang udah curiga dari awal kalau Om Xai itu emang beneran Papi kita"

Angin berdecih pelan membuat Senja menatap kembarannya bingung. "Kenapa sih? Kayaknya lo nggak seneng gitu?"

"Udah, lo tidur aja sana! Udah malem" ucap Angin mengusir Senja.

"Pan" panggil Senja.

"Hm" Angin hanya menggumam seraya membuka selimutnya. Bersiap naik ke atas kasurnya.

"Nggak jadi deh" ucap Senja kemudian. Perasaan bahagianya lenyap seketika. Ia mengira kalau Angin akan merasa senang seperti dirinya saat mendengar kabar yang menurutnya gembira ini. Tapi kenyataannya sebaliknya.

"Oh ya, matiin lampu sekalian!" Ucap Angin saat Senja sudah di depan pintu.

"Ehm" Senja hanya menggumam kemudian mematikan lampu kamar Angin dan keluar dari kamar kembarannya. Tidak lupa menutup pintunya juga.

🍃🍃🍃

Senja membaringkan tubuhnya di atas kasur. Termenung dengan tatapan ke arah langit-langit kamarnya.

"Senja" panggil Xai saat menyudahi pelukannya.

"Hm?"

"Kamu jangan kasih tahu ke Mami kamu dulu ya"

"Loh, kenapa?"

"Takutnya Mami kamu akan semakin tidak menyukaiku"

"Kenapa Papi ngomong kayak gitu?"

Xai terdiam.

"Mami sangat menyukai Papi" ucapan Senja membuat Xai menatap ke arahnya. "Buktinya Mami sangat memuji Papi. Dia selalu menceritakan kehebatan Papi. Dan Mami bakalan marah kalau lihat wanita lain mendekati Papi"

Taklukan Gay Itu![✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang