08 - Gerbang Pembawa Cinta?

6.3K 539 292
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

'Sakitnya si ga seberapa.
Tapi, malunya itu loh.'

8. Gerbang pembawa cinta?

Seorang gadis tengah berlari menuju gerbang sekolah, dengan napas yang tidak beraturan. Wajahnya yang dipenuhi keringat seketika menjadi panik mendengar bel sekolah tanda masuk berbunyi.

Ia semakin melangkahkan kakinya dengan cepat. Tapi, saat sudah dekat dengan gerbang, ternyata gerbang sekolah telah tertutup rapat.

Gadis itu menghela nafas lesu. "Huft... Aku udah lari dari tadi, kaya lagi lomba marathon. Eh, tapi malah udah ditutup gerbangnya."

Dengan jantung yang berdetak cepat, akibat acara berlarinya tadi. Ia memutar otak, memikirkan bagaimana caranya, agar ia dapat masuk ke dalam sekolah, tanpa ketahuan oleh guru dan tanpa dihukum.

Ia mengetuk-ngetuk dagunya, dengan kening yang mengkerut. Selang beberapa saat, ia tiba-tiba menjentikkan jarinya.

"Ah, iya! Gerbang belakang!"

Seketika, ia berlari menuju ke area belakang sekolah. Saat sudah dekat dengan tujuannya, ia memelankan langkah kakinya.

Mengendap-ngendap seperti seorang maling, dengan mata yang terus mengawasi, agar ia tidak ketahuan oleh guru BK-nya.

Kini ia berada tepat di depan gerbang. Matanya menelisik seberapa tinggi gerbang itu. Dan ia pun menyadari satu hal, bahwa gerbang belakang sekolahnya itu, sangat tinggi. Bahkan, tingginya melebihi dirinya sendiri.

Dirasa suasana aman, ia mulai menaikan kaki kanannya pada sela-sela besi. Dengan tangan yang menyelip, menggenggam besi gerbang untuk menahan berat tubuhnya.

"Oke, Zelara. Kamu pasti bisa!" ucapnya, dengan mengangkat kepalan tangannya ke atas.

Saat sudah berada di tengah, ia mulai kelelahan. Rasanya sudah lama ia memanjat, tapi mengapa tidak sampai-sampai. Oke, dia mulai kesal sekarang.

"Ini gerbangnya yang ketinggian atau aku yang kependekan, sih?!" ujarnya kesal.

"Lo yang kependekan."

Zelara yang kini tengah fokus memanjat. Seketika terkejut mendengar suara yang tiba-tiba. Refleks, ia pun melepaskan pegangannya.

Bruk!

"Aw!"

Ia pun jatuh terkapar di atas tanah. Dengan kaki kanannya yang masih berada di atas, menyelip di sela-sela besi gerbang, dan tangan yang terlentang. Sungguh tidak elit sekali.

Lelaki dengan rambut berjambul, dan ransel hitam yang ia kaitkan di bahu kanannya. Mulai menghampiri Zelara, ia menundukkan kepalanya ke bawah.

"Jatuh?" tanya lelaki itu.

ALBAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang