06 - Pulang Bareng

7.2K 622 412
                                    

Happy reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading

'Dari hujan kita belajar bagaimana berkali-kali jatuh tanpa sedikit pun mengeluh pada takdir.'

6. PULANG BARENG

Suara lonceng pertanda pulang sudah berbunyi dari puluhan menit yang lalu. Semua murid SMA ANDROMEDA pun telah pulang meninggalkan sekolah. Begitu pun dengan Albar, setelah selesai latihan basket, ia memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Langit Jakarta yang kini mulai menggelap pertanda hujan akan segera datang. Albar yang sudah menyadari itu pun langsung cepat-cepat memakai helmnya, kemudian ia menstater motor ninjanya itu. Saat ia akan melajukan motornya, ia melihat seorang gadis berdiri di halte bus dengan wajah cemas. Entah ada dorongan apa, ia menghampiri gadis itu.

•••

"Duh, Mang Asep kemana sih. Ko belum jemput, padahal udah jam segini." ucap Zelara uring-uringan sambil terus melihat jam dan hp-nya bergantian.

Ia terus berusaha menelpon Mang Asep, supirnya. Berharap Mang Asep menjawab telponnya itu. Namun, sudah berpuluh-puluh kali ia menelpon tidak ada balasan apapun.

Ia mendongakan kepalanya keatas. "Udah mendung banget, pasti bentar lagi hujan." ujarnya lesu.

"Bus gak ada yang lewat lagi," ucapnya pelan lalu menundukan kepalanya ke bawah menatap sepatu yang ia pakai. "Uang jajan tinggal dua ribu, nasib-nasib."

Saat Zelara sedang meratapi nasibnya. Tiba-tiba ada suara motor berhenti tepat di hadapannya. Zelara langsung mendongakkan kepala, ia pun melihat seorang lelaki dengan tubuh tegap memakai jaket kulit hitam tengah duduk di atas motor sambil melihat Zelara melalui helmnya.

"Naik." ujarnya tiba-tiba.

"Hah?" Zelara yang tidak mengerti pun hanya bisa melongo.

"Budek?"

Zelara pun menggelengkan kepalanya, "ngga."

Lelaki itu berdecak sebal, melihat Zelara yang lemotnya gak ketulungan.

"Naik. Gua. Anter. Pulang." ucapnya dengan penuh penekanan, di setiap kata yang ia lontarkan.

"Om, bukan penculikkan?" tanya Zelara dengan polosnya.

Apa katanya? Zelara menyebutnya om? yang benar saja, wajah setampan ini bisa-bisanya disebut om-om. Oke, dia mulai narsis sekarang.

"Iya gua penculik. Gua bakal culik lo, lalu gua jual organ di tubuh lo ke tanah abang. Mau?!"

"Astagfirullah om beneran penculik?" ucap Zelara tak percaya
"TOLONG..TOLONG ADA PENCULIK MAU CULIK ARA TOLONG" Teriaknya tiba-tiba.

Lelaki itupun mendengar teriakan Zelara langsung turun dari motor, lalu membekap mulut Zelara dengan tangannya.

ALBAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang