25 - Derasnya Hujan

2.7K 218 49
                                    

→ For anak-anak sekolah, BENTAR LAGI PAS YA? SEMANGAT NGERJAIN SOAL-SOAL YANG CUKUP MEMUSINGKAN KEPALA!!

Happy Reading

"Semesta gak mau kalau kita pisah hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semesta gak mau kalau kita pisah hari ini."

25. Derasnya Hujan

Awan gelap kini mulai berdatangan, pertanda hari semakin malam. Albar dan Zelara kini tengah berada di sebuah Cafe. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama.

"Mau makan ini, gak, Ze?" tawar Albar sembari menyodorkan makanannya ke hadapan Zelara.

Zelara menggeleng, "kamu makan aja."

"Beneran? Ini enak, loh," goda Albar.

"Iya, Albar!"

Albar terkekeh, lalu ia melahap makanannya dengan tenang.

Zelara melihat sekeliling, "malam ini banyak juga ya pengunjung Cafe-nya."

Albar mengangguk, "pasti banyak! Sekarang kan malam minggu, pasti banyak yang kencan."

Lalu Albar melirik Zelara. "Kayak kita," lanjutnya.

Zelara mengernyit, "kayak kita?"

"Iya. Kita lagi kencan, kan?"

Pipi Zelara kembali merona. Entah yang keberapa kali, pipinya merah akibat ulah Albar. Seharian ini, Albar selalu saja menggoda Zelara. Hingga Zelara salah tingkah di hadapan Albar.

Tak mendengar jawaban apapun, Albar lantas menatap wajah Zelara. Ia kembali menemukan pipi yang merah merona akibat ulahnya. Ia pun tersenyum.

Entahlah, Albar sangat suka melihat pipi itu merona. Mungkin kini menggoda Zelara akan selalu ia lakukan setiap saat, demi bisa melihat pipi Zelara yang merah seperti keping rebus.

Tak terasa makanan mereka pun kini telah habis tak tersisa. Entah karena makanan itu memang enak, atau mereka berdua yang kelaparan.

Setelah mendapat izin dari Zelara, Albar bangkit dari kursinya untuk membayar pesanan mereka. Dan kini hanya ada Zelara di meja itu.

Zelara kembali memperhatikan sekitarnya. Hingga pandangannya jatuh pada lelaki yang memakai pakaian serba hitam. Lelaki itu memakai topi dan masker yang juga berwarna hitam.

Zelara terpaku. Ia tak bergerak sedikitpun. Matanya masih menatap lelaki yang duduk di pojok Cafe itu. Lelaki itu benar-benar tampak sangat mencurigakan.

Zelara menghela napas lelah. Gue mohon... gue pengen tenang sehari aja. Gue mau ngerasain hari-hari kayak orang biasa. Gue gak mau kayak gini terus menerus.

"Ze," panggil Albar memecahkan lamunan Zelara.

Zelara mendongakkan kepalanya menatap Albar yang sedang membungkuk di hadapannya, "kenapa, Bar?"

ALBAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang