15 - Perkara Jaket

5.1K 405 194
                                    

Happy Reading

'Sebuah kebetulan atau takdir?Yang pasti adalah sebuahkebetulan yang memang sudah ditakdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Sebuah kebetulan atau takdir?
Yang pasti adalah sebuah
kebetulan yang memang sudah ditakdiri.'

15. Perkara Jaket

Lapangan SMA ANDROMEDA pagi ini sangat ramai dengan teriakan-teriakan histeris para kaum hawa. Bagaimana tidak, sedari tadi Albar dan anggota inti MARSTAD lainnya bermain basket dengan lihai. Ditambah keringat yang bercucuran dan rambut yang basah menambah kesan tampan dan bad boy pada diri mereka.

Hari ini adalah hari di mana kelas XI MIPA 2 atau yang kerap disebut 'kelasnya para pentolan ANDROMEDA' mendapat pelajaran olahraga, dengan materi bola basket. Berbagai penjelasan materi hingga praktek bermain bola basket telah disampaikan oleh Pak Santoso.

"Baik anak-anak, materi hari ini telah selesai. Silahkan untuk beristirahat dan ganti baju sebelum bel pergantian pelajaran berbunyi. Terimakasih untuk hari ini, tetap jaga stamina. Pelajaran olahraga hari ini saya tutup. Assalamu'alaikum," jelas Pak Santoso.

"Wa'alaikumsalam," balas murid XI MIPA 2.

Albar kembali mengambil bola basket yang tergeletak di bawah. Lalu melemparkannya hingga masuk ke ring.

"Bos, ke kantin gak?" tanya Bagas setengah berteriak agar dapat terdengar oleh Albar yang berada di tengah lapangan.

Albar tak menghiraukan pertanyaan Bagas, ia sibuk berlari ke sana-ke mari dengan tangan yang terus men-drible bola basket dan memasukkannya ke dalam ring.

"Albar kalo udah kayak gitu pasti conge! Ditanya apapun dia gak akan jawab bego!" ujar Raka sinis.

Lantas Raka pun mengambil salah satu bola basket, ia memicingkan matanya sembari menatap Albar.

Bugh!

"Sialan!" desis Albar sembari memegang kepala bagian belakang.

"Tepat sasaran," Raka tersenyum puas.

Bagas, Bima, Rayan dan Riyan pun tersenyum sembari mengacungkan jempolnya ke arah Raka.

Albar melemparkan bola basket yang berada di tangannya asal, lalu berjalan menghampiri ke-lima temannya. "Kenapa?"

"Ke kantin kuy Bos, Pangeran laper." ujar Bima sembari mengelus-elus perutnya.

"Lo ngapain bangke?! Pake elus-elus perut segala, dikira bunting nanti!" Rayan menatap jijik Bima.

"Gak usah aneh-aneh lo, Bimong!" Riyan menatap sinis Bima.

"Temen gue Alien semua," Albar bergidik ngeri, lalu berjalan ke arah kantin meninggalkan teman-temannya.

"Tuh kan, tadi diajakin ke kantin pura-pura conge. Sekarang malah dia duluan yang ninggalin kita. Dasar kutil badak!" terang Bagas kesal saat melihat Albar pergi begitu saja meninggalkan mereka.

ALBAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang