JANGAN LUPA FOLLOW AND VOMMENT YA GUYS
SEMOGA KALIAN NYAMAN DENGAN CERITANYA🖤
[Part ini pendek, hanya untuk pengenalan.]happy reading
1. ALBAR ARDIAZ DEVARO
Sebuah ruangan bercat putih dengan desain yang minimalis, dilengkapi dengan beberapa alat musik terletak di penjuru kamar. Terdapat seorang remaja lelaki tengah duduk dan bersandar pada headboard kasur.
Di tangan kirinya terdapat secarik kertas yang ia pegang sedari tadi. Ia terus mengamati satu persatu kata yang berada di kertas tersebut, bahkan matanya pun tak teralihkan sedikitpun dari kertas itu.
Hingga satu helaan napas lesu pun terdengar. Tangan kanannya kini menyentuh dahi dengan mata yang memejam.
Selang beberapa menit, ia pun membuka matanya. Lalu mengadahkan wajahnya ke atas, menatap langit-langit kamarnya dengan memori masa lalu yang terus berputar di pikirannya.
Ia kembali menatap tulisan di kertas yang ia pegang. Matanya kini sayu, memancarkan sebuah kesedihan yang mendalam.
Tulisan tangan yang kian samar-samar karena kurang lebih sudah terlewat dua tahun kertas itu baru ditemukan. Kertas itu berisi harapan-harapan si penulis pada tahun 2018.
Tangan kiri yang memegang kertas tersebut kini kian bergetar. Terlihat remaja lelaki itu tengah menahan amarahnya.
"Gue pasti akan temuin orang yang udah lakuin ini semua sama lo. Gue pasti akan cari orangnya. Gue janji," tekadnya dengan amarah yang ia tahan.
***
Suara deru motor memenuhi area jalanan, siapa pun yang mendengarnya pasti akan terganggu.
Tapi si pengendara tidak peduli,
baginya 'jika itu yang membuatnya nyaman kenapa harus peduli sekitar'.Kini ia sudah sampai pada tempat tujuannya, ia pun turun setelah memarkirkan motor ninjanya itu.
Ia berjalan dengan langkah gontainya menuju suatu gedung tua yang diketahui markas Geng MARSTAD. Ia pun membuka sebuah pintu klasik di hadapannya.
Ceklek
(anggep aja itu suara pintu)"Assalamu'alaikum" ucap lelaki itu.
"Waalaikumsalam," ucap Geng MARSTAD serempak.
"Widih, si Bos dateng!" ucap lelaki yang bernama Rayan.
"Ada oleh-oleh nya, kagak Bos?" tanya lelaki bernama Riyan, yang diketahui adalah kembaran Rayan.
"Oleh-olehnya bogeman kalo buat lo bedua! Ye gak Bos ganteng tapi jomblo," ucap Bagas dengan tampang watadosnya itu.
"bacot" ucap Albar.
Ya, lelaki yang memiliki sifat dingin, dan tidak peduli pada sekitar bernama ALBAR ARDIAZ DEVARO.
Dengan wajah datarnya ia berjalan menghampiri sofa yang terdapat pada ruangan itu. Tapi jangan salah, meskipun di luar gedung ini tampak tua dan tidak ter-urus, tapi di dalamnya sangat klasik dan modern.
Kini Albar sudah mendudukan bokongnya pada sofa, dan menaikan kakinya pada meja di depannya, lalu ia pun segera mengambil rokok yang berada di atas meja, menyalakan dan menyesapnya dengan pandangan dingin nan datar.
"OY ANJING BAGAS, BALIKIN KACANG GUA!" teriak Rayan.
"HILIH KACANG DOANG, KISMIN LU NYET!" balas Bagas.
"HEH GOBLOK, KALO GUA MISKIN LU APAAN HAH? SO NGATAIN GUA KISMIS LU SENDIRI AJA NYOLONG!" sewot Rayan.
"NGOMONG LU YANG BENTES BEGO, KISMIN YE BUKAN KISMIS!" ralat Bagas.
"HEH CICING ATUH BANGKE, MENI GARANDENG KIEU!" teriak Raka menengahi mereka.
Sementara mereka bertiga asyik teriak dan para anggota MARSTAD hanya menyimak, karna menurut mereka itu hal yang sudah biasa dan cukup menghibur, di sisi lain Riyan sedang asik menonton video Blackpink yang berjudul du ddu du.
"EYOOO MBA JEEENONG AYE AYEEE"
"AER AER AERRRRR"
"MBAA KEMBANG CAKEP BENER, PACAR GUA," rusuh Riyan."GANDENG NYET!" teriak Rayan,Bagas dan Raka serempak.
"NAON SI AH, GANDENG!" balas Riyan.
"BERISIK!" ucap Albar, kesal.
hening
.
.
.
"BABANG ALBARRRR" ucap Riyan tiba-tiba.
"HITUTAN RAYAN DUT DUT" tambah Riyan, dengan nada lagu ddu du ddu."BROT" tambah anggota MARSTAD serempak.
"LAH, KO GUA YANG KENA!" ucap Rayan kesal.
"Astagfirullah, istighfar gua lama-lama di sini!" ucap Albar, sembari berjalan pergi dari markas.
"Yahhh, Babang Albar pergi," ucap Bima, salah satu anggota MARSTAD.
"Gara-gara lu si, Bimong." balas Rayan.
"Kok gua si Anjing, gua dari tadi diem Nyet, lu aja yang gak bisa diem kaya yang cacingeun," ucap Bima.
"Udah-udah elah, nanti juga si Albar balik lagi, kan emang udah kebiasaan kayak gitu." ujar Raka.
"Iya udah atuh jangan teriak-teriak lagi ya setan, kuping gua mau rusak rasanya." ucap Arkana dengan nada lembut, namun terkesan menyindir.
***
Sementara itu, Albar yang baru saja meninggalkan basecamp MARSTAD kini tengah berada di sebuah taman. Ia memandang hamparan rumput yang berada di depannya.
Dengan ditemani gelapnya malam dan sinar rembulan. Albar melamun sembari menatap sebuah gelang perempuan yang sangat elegan di telapak tangannya.
"Kira-kira siapa ya? Yang pantas untuk dapetin gelang ini?"
Albar pun mendongak menatap bintang-bintang yang bersinar terang di atas langit, "lo sendiri yang ngasih ini ke gue, tapi kenapa gak sekalian lo cariin aja orang yang pantas buat gue?"
Albar menunduk lesu. "Gue takut salah untuk memilih," lirihnya.
"Dan gue takut, gue gak bisa jagain dia seperti gue lalai buat jagain lo dulu."
"Andai gue bisa pergi ke masa lalu. Gue pasti akan cegah lo pergi malam itu."
---
❝ Kecerobohan dan kelalaian ternyata dapat membuatku sekehilangan ini. ❞ - Albar Ardiaz Devaro, 2018.
---
- To be continued -
Haii gimana ceritanya?
Seru ga?
Kira-kira Albar kenapa ya?
Nantikan chap selanjutnya
Chap kali ini pendek dan hanya untuk perkenalan
Jangan lupa vote and comment!🖤
see you...Salam hangat, MARSTAD.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBAR [HIATUS]
Teen Fiction❝ Darah dibalas dengan darah. Nyawa dibalas dengan nyawa. Semua harus setimpal. ❞ - M A R S T A D MARSTAD merupakan Geng motor, yang disegani oleh banyak orang. Tapi jika dilihat lebih dalam, MARSTAD merupakan sekumpulan pria yang tetap menjalankan...