28 - Kartu Tertanda Anggota Marstad

2.5K 222 10
                                    

Happy Reading

"  Aturan memang menyebalkan,namun dengan itu,kita akan menjadi teratur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"  Aturan memang menyebalkan,
namun dengan itu,
kita akan menjadi teratur. "

28. Kartu Tertanda Anggota Marstad

"Albar!"

Sebuah teguran dari sang Bunda membuat Albar terkesiap. Ia terkejut bukan main. Membaca sebuah catatan seseorang tanpa izin membuat Albar seperti seorang maling.

"Kenapa, Bun?" tanya Albar mencoba santai. Ia pun menutup aplikasi catatan di handphone Zelara.

"Kamu dipanggil dari tadi kok diem aja, sih, Nak?" tanya Bunda Miranda dengan lembut.

"Iya tuh, Bar. Lagi lihatin apa, sih?" celetuk Ayah Dirga.

"Enggak, kok. Albar gak lihat apa-apa," terang Albar sembari mematikan handphone Zelara yang ia pegang.

Sementara itu Zelara yang merupakan si pemilik handphone hanya memperhatikan dengan tenang. Karena semua aplikasi sosial medianya ia kunci. Jadi ia pikir akan aman-aman saja walaupun Albar mengotak-atik handphone-nya.

Albar meletakkan benda persegi panjang itu di atas meja, "nih, gue kembaliin. Thanks."

Zelara hanya mengangguk sebagai jawaban.

Albar pun beranjak meninggalkan dapur, "Bun, Yah, Albar mandi dulu."

"Iya," sahut Dirga dan Miranda.

Dirga menatap heran putranya yang kini telah meninggalkan dapur, "itu anak kayak habis ketangkap basah lagi maling."

Bunda Miranda terkekeh, "Ayah ada-ada aja, deh."

Zelara yang tengah mengaduk masakannya pun seketika mengalihkan pandangannya pada handphone yang berada di atas meja. Perasaan di handphone aku gak ada apa-apa, deh. Semua aplikasi sosial medianya aku kunci. Tapi kenapa Albar sikapnya aneh gitu, ya?

Zelara menepis semua keheranannya, ia pun kembali melanjutkan aktivitas memasaknya.

Di lain tempat, Albar merebahkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. Ia memejamkan matanya. Telah berulang kali helaan napas itu kembali terdengar.

Selang beberapa menit Albar membuka mata, menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya kini benar-benar tertuju pada apa yang ia baca di handphone Zelara.

"Gue bener-bener dibuat pusing sama dia," ucapnya entah pada siapa.

Albar mendudukkan dirinya, "bahkan lebih gilanya. Gue juga gak tau perasaan gue ke dia gimana," Albar mengacak-acak rambutnya frustasi.

Selang beberapa saat, Albar bangkit dari duduknya. Ia membawa handuk putih yang berada tak jauh darinya, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

ALBAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang