17 - Sisi Lain Albar

4.9K 385 116
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17. Sisi Lain Albar

"ALBAR CUKUP!" Lagi-lagi perkataan Zelara diabaikan oleh Albar. "DIA BISA MATI! KAMU MAU DIPENJARA?!"

Suasana Cafe semakin kacau, banyak pelayan Cafe yang mencoba menghentikan keributan tersebut. Namun naasnya, mereka pun terkena pukulan, baik dari Albar maupun teman-teman lelaki itu.

Zelara menghela napas pelan, berusaha menghilangkan rasa takutnya. Ya, sedari tadi ia ketakutan melihat Albar yang tidak berhenti melayangkan pukulan.

Dengan tubuh gemetar, Zelara kembali melangkahkan kakinya untuk bisa lebih dekat dengan Albar.

Zelara mengusap lembut bahu Albar, "Udah, Bar. Jangan dipukulin terus, aku gak papa." ucapnya dengan lembut.

Albar memejamkan matanya, merasakan usapan lembut di bahunya. Entah mengapa, usapan itu mampu membuat Albar lebih tenang sekarang.

Lelaki itu terkapar pingsan di bawah Albar yang terus memukulnya, wajah lebam dengan darah yang mengalir. Lelaki itu tampak sangat kacau sekarang.

Sama halnya dengan teman-temannya, mereka semua pun terkapar tak berdaya di lantai Cafe dengan wajah yang lebam. Siapa lagi pelakunya jika bukan Albar. Albar mampu melawan puluhan orang dengan seorang diri. Jangan salah! Albar sangat hebat dalam bidang bela diri.

Berani mencari masalah dengan Albar? Maka pilihannya hanya ada dua. Sekarat atau mati! Kejam? Ya! Itulah Albar.

Albar berhenti melayangkan pukulannya, ia segera berdiri dari atas lelaki itu. Memandang remeh lawannya yang sudah terkapar, tak berdaya. Itulah akibatnya, jika dia berani menyentuh Zelara! Tunggu! Apa dirinya rela mengeluarkan tenaga hanya untuk membalas perbuatan lelaki itu pada Zelara? Sepertinya dirinya sakit.

Albar mencoba menepis pikirannya tentang Zelara, tak mungkin jika dirinya perduli dengan Zelara. Ia hanya tak suka jika melihat perempuan dikasari tepat di hadapannya. Ya! Sudah pasti itu alasannya. Senakal apapun dirinya, ia tak akan pernah sampai melukai perempuan.

Zelara yang melihat Albar berdiri diam, menatap remeh lawannya yang sudah tak sadarkan diri pun mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara dengan Albar.

Zelara mengambil napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. "Albar," gumam Zelara pelan namun masih bisa Albar dengar.

Tak sempat menjawab, datang seorang lelaki berperawakan tinggi dengan tubuh yang dibaluti jas hitam menghampiri Albar dan Zelara. "Ada apa ini?!"

Lelaki itu nampak bingung, matanya menyusuri setiap penjuru Cafe yang nampak sangat kacau. "Mengapa Cafe ini sangat berantakan?! Dan mengapa banyak orang yang tergeletak di sini?!"

ALBAR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang