WRITER 4

3 1 0
                                    

~Presentation And A Hidden Present~


Jam menunjukan pukul 4 sore. Tepat pukul 4, tapi yang lain masih belum datang. Langit sore hari ini pun semakin gelap. Bukan karena waktu semakin sore, tapi karena awan mendung mulai memenuhi langit sore hari itu. Dan menurut perkiraanku, sebentar lagi akan hujan, dan akan jadi hujan yang cukup deras.

Rosalind dengan asik menyusun jajanan yang kita beli sebelumnya di meja dekat TV dan dengan rapi serta teratur. Kiana terduduk di kasurnya sambil berselimut menutupi kakinya dan fokus membaca buku novel yang aku tak tahu tentang apa isinya. Aku hanya memandangi keluar jendela seperti yang biasa aku lakukan di kamar Kiana. Karena kebetulan juga pemandangan di luar kamarnya berupa taman bunga yang lumayan indah untuk dipandang.

Tak lama, dugaanku kalau sebentar lagi hujan menjadi kenyataan. Rintik gerimis mulai berjatuhan. Pelan-pelan dan semakin cepat dan deras. Dan disaat bersamaan, suara ketukan pintu terdengar.

"Halo~" Kata seseorang dari luar. Kalau kudengar suaranya, itu sudah pasti Siri.

"Masuk~" Saut Kiana mengijinkannya masuk.

Siri pun masuk kedalam, dan aku lihat Geuse juga yang menyusul di belakangnya.

"Ahh... Akhirnya sampai juga. Untung masih sempat sebelum—"

...

JGEERR!!!!

Petir menyambar keras tepat di langit rumah sakit itu, memotong Siri yang sedang bicara. Aku yang duduk tepat disamping benar-benar dibuat tuli sejenak dan sangat terkejut. Namun, aku tetap memperhatikan sekelilingku, sampai tatapan mataku terhenti saat memandang Rosalind yang menutup telinga dan matanya erat-erat sambil ketakutan.

"L-Linlin, kamu ketakutan?" Tanyaku sedikit menyindir.

"Ah!? T-Tidak, kok, tidak. Hanya... terlalu berisik saja, ehe..."

"Haahh... Bohong pun percuma, dasar."

"A-Apa!!? A-Aku tidak bohong, kok!!"

"Sudah, sudah. Kalian malah melupakan 2 teman kalian yang baru datang ini, kan, jadinya." Sela Kiana ditengah perdebatan kecil antara aku dan Rosalind.

"Ahahah... tidak apa, kita juga sedikit terlambat tadi." Celetuk Siri.

"Ah, mungkin kalian bisa duduk dulu di sofa itu." Kata Kiana sambil menunjuk sofa di sebelah kasurnya.

"Terima kasih..." Jawab Siri dan Geuse bersamaan.

Rosalind terlihat sibuk menyiapkan jajanan yang sudah disusun rapi. Susunanya itu jadi tidak ada gunanya karena ia mengambil lagi botol-botol minuman dan bungkus keripik itu ke pangkuannya. Aku hanya memperhatikannya dengan sedikit tersenyum. Saat aku menengok sejenak keluar jendela, kulihat, rintik gerimis yang tadi sudah mulai berjatuhan, sekarang sudah menjadi hujan yang deras. Angin pun juga berhembus semakin kencang.

"Nah, karena semua sudah disini, mungkin bisa aku mulai, ya?" Kata Kiana memecah keheningan di ruangan itu. "Umm... Mungkin seperti biasa, kita perkenalan, dulu, mulai dari aku sendiri..."

Saat Kiana mengenalkan dirinya dihadapan teman-temanku, aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan ke arah Rosalind karena melihatnya sedikit kesusahan membawa jajanan itu.

"Mau kubantu?" Tanyaku sambil menyodorkan tanganku.

"Ah, tentu saja mau. Siapa yang tidak mau dibantu?"

"Cih, jawabanmu menjengkelkan sekali!"

"Bicara seperti itu sekali lagi dan aku sebarkan rahasiamu."

Unified Heartbeats [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang