~Rosalind and Rigel~
Hari ini, adalah hari dimana aku menjalani operasiku. Giliran Rigel untuk operasi ini adalah tepat setelahku. Dan kupikir, semua sudah tahu akan hal itu. Aku sedikit gugup saat mulai masuk ke ruangannya. Namun, setelah menjalani proses yang diperlukannya, untuk memulai operasi ini, aku menjadi... lebih tenang. Jauh lebih tenang dari yang pernah aku rasakan sebelumnya.
Operasi ini dilaksanakan hanya beberapa hari setelah hari itu. Hari dimana Rigel menyatakan perasaannya. Dan hari yang tak akan pernah terulang lagi. Tapi... aku memang tidak mau semuanya terulang lagi menjadi seperti awal.
Benar juga. Mungkin, beberapa di antara kalian sedikit bingung dengan progress yang cukup tiba-tiba ini. Karena itu, lihatlah ini. Bayangkanlah ini. Memoriku. Ingatanku yang sebelumnya.
***
Di siang hari yang terik itu, Rigel menemaniku menemui Dr. Shama di ruangannya. Mungkin lebih tepatnya, ia juga dipanggil kesana karena apa yang ingin dibicarakan denganku berkaitan juga dengannya. Jadi... tidak bisa dibilang menemaniku sepenuhnya.
Rigel, mendorong kursi rodaku hingga ke depan ruangan Dr. Shama setelah menyusuri lorong rumah sakit, untuk yang kesekian kalinya. Aku sudah muak mengatakan dan memikirkan hal ini, tapi bagaimana lagi. Kupikir itu harus dilakukan bagaimanapun juga.
Aku mengetuk pintunya pelan dan dari dalam Dr. Shama menyaut dan berkata, "Masuk..." mengundang kita berdua ke dalam.
"Permisi..." Ucap kita berdua seraya berjalan ke dalam mendekati Dr. Shama yang sedang duduk di mejanya. Dan saat aku bilang ia duduk di mejanya, dia benar-benar duduk di meja. Bukan di kursi di depan mejanya atau yang lainnya.
"Oh... akhirnya kalian berdua datang." Ucapnya saat melihat kita sudah masuk ke dalam. "Dan... Rigel. Sayang sekali ibumu lagi-lagi tidak bisa datang kesini."
"Yah... itu tidak masalah. Lagipula, pekerjaannya akhir-akhir ini sangat... menyibukkan dirinya."
"Hmm... Begitu, ya?" Ucap Dr. Shama sambil mengelus-elus dagunya. "Dan Rosalind, aku Cuma mau tanya satu hal."
"Eh? Ke-kenapa, dokter?" Kata-katanya membuatku sedikit terkejut dan gugup. Terasa seperti sesuatu yang sangat penting yang akan mempengaruhi kelanjutan operasi ini.
"Apa kamu sudah siap?"
Setelah mendengar pertanyaan sebenarnya, aku menghela nafas panjang dan merilekskan lagi badanku yang awalnya menegang sesaat setelah mendengar Dr. Shama barusan. "Kupikir apa." Gumamku dalam hati.
"Tentu. Selama 2 tahun ini, aku sudah mempersiapkan hatiku untuk hari operasi ini. Terlebih, Rigel juga pasti menemanikudan membuatku lebih tenang saat menghadapinya nanti."
Dr. Shama tersenyum tipis mendengar jawabanku dan berkata, "Syukurlah kalau begitu." Ia pun beranjak dari meja yang ia duduki dan kembali ke kursinya. "Silahkan duduk." Ucapnya seraya merapikan tempat duduk, mengambil dokumen yang penting, dan Rigel pun mengiyakannya.
"Jadi... bagaimana?" Tanya Rigel pada Dr. Shama.
"Mungkin lebih baik, kita langsung ke intinya saja." Dr. Shama mengambil 2 buah kertas dan menyerahkannya kepadaku dan Rigel. Sebuah kertas berisi gambar beserta penjelasan panjang lebar mengenai apa gambar itu, yang saat kulihat sekilas, sudah dapat aku pastikan kalau itu mesin yang dimaksud.
"Jadi... bagaimana ini bekerja?" Tanyaku penasaran.
"Hmm? Kamu sudah langsung tahu ya, Rosalind?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unified Heartbeats [END]
RomanceSetahun sudah Rigel, seorang pemuda SMA biasa, dirawat di sebuah rumah sakit. Ia mulai mendapatkan kembali sesuatu untuk menggantikan segalanya yang hilang darinya sebelum itu. Seakan ia hanya tinggal menunggu waktunya untuk disembuhkan. Tapi, menur...