~Slope~
Selangkah.
Dua langkah.
Beberapa langkah.
Aku terus melangkah, berjalan menyusuri lorong sepi rumah sakit ini. Apa yang Siri suruh padaku, kupikir terlalu berat untuk dilakukan sendiri. Aku yang tidak bisa berjalan lebih cepat lagi, membuat perasaanku sekarang semakin terbebani.
'Kau ada dimana?' Hanya itu yang aku pikirkan saat ini.
Keringat sedikit demi sedikit mulai bercucuran keluar dari pori-pori kulitku. Menemui persimpangan, memilih antara kanan dan kiri, memutar balik, dan yang lain sebagainya, terus aku lakukan hanya untuk mencari Cyon. Bertanya pada orang lain pun rasanya tidak ada gunanya. Dan mendengar jawaban 'Aku tidak tahu'-nya mereka hanya menambah kekesalan dalam diriku sendiri. Aku tidak mau membebani diriku lebih dari ini.
Tidak tahu harus kemana, tidak tahu harus bagaimana, aku memutuskan pergi ke bukit rumah sakit yang berada di tengahnya. "Mungkin dia ada disana." Pikirku. Walau kemungkinan yang ada bukan 0, tapi tetap saja kecil. Sebenarnya, kalau dipikir, semua tempat disini kemungkinannya kecil. Hanya keberuntungan yang bisa menyelesaikan pertaruhan ini. Semoga keberuntungan datang saat ini.
Di ujung lorong, terlihat jelas bukit rumah sakit yang aku maksudkan. Tidak terlalu tinggi, tidak juga terlalu curam untuk dinaiki. Pohon Beringin yang sangat besar tumbuh di puncaknya, menjadi payung bagi rumput dan bunga di bawahnya. Di puncak bukit itu terdapat banyak bangku yang mengelilingi pohon beringin itu. Dan juga, 2 buah vending machine berwarna merah. Oh, dan bukan hanya itu. Aku juga melihat seseorang sedang duduk di bangku taman paling jauh dari tempat aku berdiri.
"Cyon!!" Aku mencoba memanggilnya yang sedang terlihat duduk santai disana. Matanya, diiringi kepalanya, berputar memperhatikanku dengan seksama, yang tak lama, kembali mengacuhkanku. Walau begitu, setidaknya dia tidak pergi menjauh lagi.
Akupun berjalan mendekatinya, dan mengatur nafasku yang sedikit terengah-engah. Aku menunduk dan memegangi lututku sambil terus mengatur nafasku. Dan saat kupikir rasanya sudah cukup tenang, aku mengangkat kepalaku, ingin mencoba bicara padanya, yang hanya pada akhirnya dipotong oleh kata-katanya.
"Kau sudah cukup tenang?" Tanya Cyon kepadaku.
"Yah, lumayan... Setidaknya sudah bisa untuk bicara dengan tenang."
"Bagus kalau begitu. Aku pergi dulu, ya~?" Katanya sambil berdiri dan tersenyum sambil melambaikan tangannya padaku.
"H-HEI!! TUNGGU DULU!!" Teriakku sambil mengangkat tanganku, mengisyaratkannya untuk diam di sana dulu.
"Ahahaha, aku cuma bercanda, kok." Ia kembali duduk di bangku yang sama sambil terus menertawakanku yang terkena jebakannya itu.
Akupun langsung ikut duduk, mendaratkan badanku dengan keras dan menghela nafas panjang sambil memejamkan mataku rapat-rapat, mengekspresikan rasa legaku yang sudah dipersulit harinya. Saat kubuka mataku, pemandangan matahari yang terbenam yang sama seperti hari itu terlihat lagi, meninggalkanku yang tak bisa berkata-kata memperhatikan keindahannya. Rasanya, seperti alam membayar kerja kerasku hari ini dengan memperlihatkan sisi indahnya.
"Haahhh..." Cyon menghela nafasnya dengan keras. "Sudah kuduga pasti akan ada yang menyusulku kesini." Katanya. "Tapi, tidak kuduga kalau kau yang bakalan kesini, mengingat sifat malasmu itu."
"Sejak kapan aku menjadi seorang pemalas?"
"Sejak kau dirawat disini. Kerjamu hanya tidur saja kan? Hahahaha...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unified Heartbeats [END]
RomanceSetahun sudah Rigel, seorang pemuda SMA biasa, dirawat di sebuah rumah sakit. Ia mulai mendapatkan kembali sesuatu untuk menggantikan segalanya yang hilang darinya sebelum itu. Seakan ia hanya tinggal menunggu waktunya untuk disembuhkan. Tapi, menur...