UNIFIES 4

7 1 0
                                    

~Bona Puella~

Jam menunjukan pukul 5 lewat 25 menit sore hari. Ruangan yang sunyi ini seakan mengabaikanku yang berdiri terdiam di depan pintu keluar memandangi jarum jam yang berputar di dinding belakangku. Kesunyian itu bahkan tak jarang membuatku tidak bisa mendengar suara jarum jam berbunyi. Aku tak menggubrisnya lagi saat itu. Menemuinya sebentar saja sepertinya tidak apa-apa pikirku. Aku pun memutuskan untuk keluar, memegang gagang pintu kamarku dan mendorongnya dengan sedikit keras. Saat engsel itu mencapai ujungnya, terdengar suara benturan kecil yang menarik perhatianku dan juga suara seorang perempuan.

"Aww!!"

"Hei, kamu tidak apa-ap--, hah? ternyata cuma kamu ya?" Melihat wanita di balik pintu ternyata adalah Rosalind yang terduduk di kursi rodanya yang terdorong sedikit ke belakang rasanya membuatku lega, karena aku tak perlu repot-repot minta maaf. Tunggu. Aku seperti menjadi anak yang kurang ajar, ya, kalau begini?

"Apa maksudmu 'cuma kamu'?" Rosalind terlihat sangat cemberut saat itu. Ia mengerutkan dahinya dan menggertakan giginya sembari memandangku dengan wajah penuh amarah.

Aku tidak mau menambah masalah lagi kali ini. Ekspresinya saat itu bisa mendatangkan badai di tengah-tengah musim panas yang hangat. Lagipula, langit jingga yang mulai menghitam ini memberitahuku untuk jangan buang-buang waktu.

"Iya, iya. Aku minta maaf. Jadi, kenapa kamu bisa ada di balik pintu ruanganku sekarang?" Tanyaku penasaran.

Rosalind yang awalnya terlihat cemberut ekspresinya langsung berubah sesaat aku menanyakan itu. "Umm... yah... aku ingin menemuimu." Ia menjawabnya dengan sedikit ragu. Dari jawaban itu juga aku bisa simpulkan sepertinya ia bahkan tidak mempunyai alasan mengapa ia bisa ada di balik pintu ruanganku.

"Ooh... begitu ya? Kebetulan sekali aku juga punya maksud yang sama."

"Eh? Benarkah?" Rosalind sepertinya sangat terkejut dengan tanggapanku. Ekspresinya berubah 180 derajat dengan cepat dari sebelumnya. Hmm. Benar-benar sesuai perkiraanku.

"Mungkin sebaiknya kita cari tempat yang lebih baik sebelum itu."

"Iya, kau benar. Aku tahu tempat yang baik untuk mengobrol berdua. Biar aku tunjukan jalannya." Rosalind langsung memutar kursi rodanya dan mendorongnya.

Kenapa dia sangat antusias sekali ya? Padahal kita hanya mau mengobrol berdua. "Kalau begitu biar aku bantu." Kataku yang langsung melangkah ke belakang kursi rodanya dan mendorongnya. "Kamu tinggal tunjukan saja jalannya."

"Ah, te-terima kasih."

Kita berjalan cukup jauh dari ruanganku walau masih di area bangsal. Aku hanya diam tidak berkata selama berjalan dengannya dan hanya memandangi matahari yang sedikit demi sedikit mulai menyembunyikan raganya dari balik atap lorong rumah sakit itu. Langit yang warnanya berpadu antara jingga, merah, kuning, ungu dan hitam juga mengundang perhatianku. Membuatku tertegun dihadapannya. Di samping itu, Rosalind juga tak mengeluarkan sepatah katapun selain kanan atau kiri. Jika kuperhatikan sedikit, ia juga terlihat memandangi hal yang sama. Memperhatikan hal yang sama. Sama denganku.

"Nah, kita sudah sampai." Rosalind memecah konsentrasiku. Aku langsung memalingkan pandanganku dan memperhatikan sekeliling. Aku melihat sebuah bangku yang membelakangi air mancur yang dipenuhi lumut walau masih bekerja dengan normal. Bangku itu terlihat cukup usang namun tetap kuat saat aku duduki. Rosalind tetap duduk di kursi rodanya di sebelahku.

Mata kami memandangi hal yang benar-benar menakjubkan saat itu. Matahari yang sedang tenggelam terlihat di balik pepohonan berbatang ramping yang jaraknya berjauhan satu sama lain mengumbar langit yang menjadi jingga kemerahan dengan sedikit warna ungu di antaranya. Kabel listrik yang melintang di antara pepohonan itu serta burung-burung yang hinggap di atasnya membuat siluet di mata kita berdua. Suara mesin mobil yang berlalu-lalang dengan ramai terdengar dari kejauhan jalan utama di depan rumah sakit. Angin berhembus halus menggoyangkan daun, ranting, dan rambut kita berdua. Rasanya, aku ingin ini berlangsung selamanya.

Unified Heartbeats [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang