LEO 4

2 1 0
                                    

~Life Changing Farewell~


4 tahun berlalu dengan biasa. Terlalu biasa hingga semua orang di rumah merasa suntuk setengah mati. Baik aku, tuan David, nyonya Nova, dan juga Kalani, semuanya sudah tidak tahan dengan semua ini. Tapi, sekuat apapun kita memberontak untuk keluar dari cobaan ini, kita tetap tidak bisa melepas Kalani begitu saja.

Hingga pada akhirnya, beberapa bulan setelah ulang tahun ke 11-nya, sesuatu yang diluar dugaan terjadi. Sesuatu yang mengubah kehidupan keluarga ini sepenuhnya.

Pada sore hari itu, aku yang baru saja pulang menjemput nyonya Nova dari acara yang ia datangi di rumah temannya menemukan suasana rumah yang sangat sepi. Terlalu sepi sampai aku merasa ada yang salah dengan ini semua. Tuan David tidak ada di dalam rumah dan seperti biasa sedang ada di kantornya. Kalani yang seharusnya ada disini tidak terlihat sama sekali, bahkan saat aku berputar-putar ke seluruh ruangan di lantai 1. Tentu selain kamar tidur tuan dan nyonya.

Kehabisan tempat untuk mencarinya, aku naik ke lantai 2, dan terlihat pintu kamar Kalani terbuka walau hanya sedikit. Dari situ, aku dapat melihat sedikit dari kamarnya yang tampak gelap gulita. Dengan penuh rasa penasaran, aku membuka pintunya perlahan, dan memanggilnya pelan. "Nona Kalani..." Namun tidak ada jawaban.

Aku menekan saklar yang ada di sebelah pintu, dan membuat cahaya lampu memenuhi ruangan itu. Terlihat jelas setiap sisi dan sudut ruangan yang sedikit berantakan. Dan terlihat juga... Kalani yang terbaring lemas tak berdaya di bawah kasurnya.

"KALANI...!!!" Teriakku dengan kencang. Aku langsung berlari menghampirinya, dan dengan sedikit mengangkat kepalanya dalam pangkuanku, aku berkata, "Ka-Kalani... kamu baik-baik saja??" Aku mencoba mengajaknya bicara, walau aku tak yakin itu akan membuatnya tersadar.

"...Hahh....Hahh... L-Leo...ya...?" Ucapnya dengan nafas yang lesu, terengah-engah tak beraturan.

"Kalani? Kamu masih sadar??" Ternyata... tepat seperti dugaanku, ia masih sadar walau dengan kondisi yang sangat tidak baik. Aku bahkan tak bisa menggambarkannya lebih jauh bagaimana kondisinya itu.

Tak lama, nyonya Nova yang mungkin mendengar teriakanku barusan mendatangi kamar Kalani ini dan hanya berdiri di depan. Terdiam dan menatapku serta Kalani dengan tatapan yang tidak percaya. "Apa-apaan... ini? Kenapa jadi begini??" Katanya padaku dengan panik.

"Nyonya Nova... tenanglah. Semua pasti akan baik-baik saja."

Itulah yang aku katakan kepadanya. Memintanya tenang, walau di saat yang bersamaan, di dalam diriku sekarang, aku tidak bisa menenangkan diriku sendiri. Aku merasa panik, gelisah, khawatir, dan berbagai macam emosi negatif lainnya. Namun, aku sebisa mungkin menyembunyikannya. Aku tidak mau memperparah keadaan yang sudah parah ini.

Nyonya Nova tersandar pada bilik pintu dengan lemas sambil memegangi kepalanya. Nafasnya tak beraturan dan matanya terbuka lebar, menatap ke bawah dengan kebingungan. "Kamu... benar..." Ucapnya. "Semua pasti baik-baik saja... Iya kan?"

"I-iya. Kita hanya harus menelepon tuan David dan membawanya ke rumah sakit yang disarankan oleh dokter waktu itu."

"Kamu benar... Kalau begitu, Leo, tolong siapkan mobil di bawah. Aku akan menemani Kalani dan mengabari David..." Katanya.

Kata-kata yang terucap olehnya terdengar cukup bijak dalam menyikapi situasi saat ini. Tapi wajahnya tak bisa berbohong padaku. Ekspresi gelisah penuh rasa khawatir terlukis jelas pada wajahnya yang mulai memerah.

"Ba-baik..." Aku langsung bergegas turun ke bawah, kembali menyiapkan mobil yang baru saja dipakai. Memanasinya dan menunggu di sana dengan cemas.

Beberapa saat berselang dan tuan David datang dengan buru-buru. Wajahnya yang panik terlihat jelas sembari ia melihat-lihat sekeliling rumah.

Unified Heartbeats [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang