YOUNG PILOT 8

2 1 0
                                    

~Gone~


Sejak terakhir kali aku bertemu dengan Kalani, ya, sejak malam hari itu, sudah 1 minggu lebih berlalu. Mungkin sudah hari kesebelas aku tidak bertemu dengannya. Memang saat 1 atau 2 hari setelahnya, aku dan Kalani masih sering bertukar pesan, bahkan mengobrol santai di telepon seperti biasa. Tapi, kemudian, dia tak membaca pesanku, tak mengangkat teleponku sama sekali.

"Aku jadi khawatir padanya."

Walau aku selalu bergumam seperti itu hampir setiap hari, tapi tetap saja, tak banyak yang bisa aku lakukan. Tak banyak yang aku tahu.

Benar juga. Aku sebenarnya juga sudah mencoba menemuinya di ruangannya. Dan kadang bersama dengan Rosalind juga. Tapi, selalu tidak ada orang disana. Leo pun tidak ada.

Leo... Dia tak pernah memberikan kontaknya padaku. Bukan tak pernah. Lebih tepatnya, tak mau memberikannya. Jadinya aku tidak bisa menghubunginya sama sekali. Aku juga mencoba bertanya pada Rosalind, karena mungkin dia tahu sesuatu. Akan tetapi, tetap saja dia tak memiliki petunjuk satu pun. Walau tingkahnya selalu aneh saat aku membahas tentang hal ini.

Dan selain itu, ada beberapa hal yang membuatku lebih penasaran lagi selain apa saja yang ada di rumah sakit ini. Yaitu tentang ayahku sendiri. Aku belum sempat menanyakan ibuku juga tentang itu. Tidak, tidak. Sebenarnya aku sudah sempat menyinggungnya sejak lama. Tapi jawabannya hanya, "Dia pergi meninggalkan kita. Dia tidak sayang dengan kita, dan dia tak relevan lagi untuk kau tanyakan."

Dan begitulah... Kupikir ibuku benar-benar ingin melupakannya. Tapi aku tidak. Mungkin ibuku tahu alasan kenapa ayah pergi. Tapi aku tidak. Dan karena itu aku ingin tahu.

Seseorang menepuk pundakku, menyadarkanku dari lamunanku itu, dan juga mengingatkanku sedang berada dimana sekarang. "Kamu sedang memikirkan apa, Rigel?" Tuturnya lembut.

Orang itu adalah nenek Faye. Kali ini dia yang menemaniku disini, bukan kakek Altair. Itu karena kakek sedang ada pemeriksaan rutinnya, yang untuk bulan ini, jadwalnya jatuh pada hari ini.

"Uhmm... tidak ada apa-apa, nek. Tidak usah khawatir..."

"Kalau tidak ada apa-apa kenapa kamu gugup begitu?'

Sebagai orang yang sensitif terhadap segala situasi, bukan hal yang mustahil bagi nenek Faye untuk menyadari kalau aku sedikit gugup mencoba menyembunyikan sesuatu darinya.

"Tidak ada gunanya, ya, menyembunyikannya dari nenek." Kataku sambil menggaruk-garuk rambutku dengan sedikit malu.

"Jadi... ada apa?"

"Mungkin aku mulai dari sini saja. Yaitu, tentang ayahku."

"Hmm... ayahmu, ya? Jarang-jarang kamu memikirkan tentang itu." Ucap nenek Faye sambil duduk di sebelahku dan ikut menonton acara televisi yang tak bersuara.

"Yah... aku jarang memikirkan dan membicarakannya karena aku benar-benar lupa tentangnya. Lupa tentang kenapa dia pergi, dan hampir segalanya yang dia pernah lakukan bersamaku."

"Kenapa kamu bisa lupa?"

"Entahlah, mungkin karena pengaruh dari penyakitku ini."

Nenek Faye mengambil canele yang ada di meja sebelahnya dan menawarkannya padaku. Aku mengambilnya 1 buah dan langsung aku masukkan ke dalam mulutku. "Kamu sudah tanya pada ibumu pastinya, kan?" Tanyanya lagi.

"Iya, tapi..."

"Dia pasti menyembunyikannya." Katanya sambil mengunyah canele-nya.

"Hmm. Benar. Bagaimana nenek bisa mengiranya dengan benar?"

Unified Heartbeats [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang