GRADUATION 3

2 1 0
                                    

~Soliloquy~


Ini mungkin sedikit membingungkan kenapa tiba-tiba semua orang yang Rigel pedulikan berkumpul menjemputnya dengan membuat sebuah sambutan. Beberapa mungkin berpikir kalau itu wajar dilakukan, karena memang Rigel juga berarti untuk mereka. Tapi, pertanyaan seputar siapa yang mengarang ini akan terlintas tanpa disadari. Dan kalau kalian menyadarinya, mungkin kalian beruntung.

Jawaban dari pertanyaan itu akan terjawab tepat setelah ini. Tapai bagaimana itu bisa terjadi, dan apa saja yang dilakukan untuk membuat ini berhasil adalah apa yang sebenarnya menjadi topik utama.

Kalau begitu, mari kita tarik waktu ke 1 minggu sebelumnya.

Di hari itu, di suatu sore, seperti biasa aku duduk dengan santai di taman. Tapi, kekhawatiranku yang sebelumnya selalu ada dalam pikiranku selama 2 bulan terakhir sudah menghilang. Pikiranku sudah lebih tenang dan... rasanya, ini seperti mimpi. Mimpi menjadi nyata.

Di taman itu, aku dengan tenang duduk di dekat air mancur yang tenang sambil membaca sebuah buku novel lama milikku. Entah kenapa aku ingin membacanya sekarang, tapi memang itu yang aku lakukan saat ini. Hingga tak lama, Dr. Shama berjalan di lorong, selesai ia memeriksa keadaan Rigel di ruangannya. Dan melihatnya disana, aku langsung menutup bukuku dan menggerakkan kursi rodaku dengan cepat menghampirinya.

"Dr. Shama. Dr. Shama!" Teriakku.

Dr. Shama berhenti di perjalanannya dan berbalik menatapku. "Ada apa?" Katanya. "Biar aku tebak. Ini pasti tentang Rigel?"

Sambil tertawa aku berkata, "Hahahah... iya. Aku Cuma penasaran. Bagaimana dengan keadaannya?"

"Sudah kuduga." Jawabnya. "Tenang saja. Dia terlihat lebih stabil Tak ada masalah di dalam tubuhnya walau ia mengalami koma sekitar 2 bulan. Dan kabar baiknya, minggu depan dia sudah bisa pulang ke rumahnya."

"Benarkah!?" Teriakku dengan kegirangan.

"Iya... Walau dia tetap harus menjalani pemeriksaan dan control selama beberapa minggu atau mungkin beberapa bulan kedepan."

"Ahh... begitu, ya?"

Dr. Shama menatapku dengan wajah bertanya-tanya. "Lalu... untukmu, kapan kamu mau pulang?"

Pertanyaannya itu mungkin juga pertanyaanku. Tapi, aku masih belum menemukan jawabannya.

2 bulan yang lalu setelah aku menjalani operasi, aku meminta Dr. Shama mengurus tentang ruanganku agar aku bisa tinggal di rumah sakit ini untuk waktu yang lebih lama. Karena aku ingin menemani Rigel disini walau ia sendiri tidak tahu. Tapi, sekarang, semuanya sudah selesai. Dan aku masih kebingungan akan kemana aku pergi.

"Aku... masih tidak tahu."

Dr. Shama menghela nafasnya panjang. Mungkin dia sudah lelah membantuku untuk terus begini. "Sebaiknya, kamu segera cari tempat untuk tinggal bersama seseorang. Karena pasti sulit untukmu tinggal sendiri."

"Ah, kalau begitu aku..."

"Tapi jangan tinggal bersama Rigel dulu." Dr. Shama memotong kalimatku, dan entah kenapa, dia bisa tahu kalau itu yang ingin aku katakan.

"Ke-kenapa??"

Dr. Shama pun mendekatiku dan menepuk pundakku lalu berkata, "Percayalah padaku. Kalian perlu menjadi dewasa telebih dahulu."

"A-apa ini masalah hubungan... itu...?" Aku mereferensikan pada hubungan seks dan terlalu malu mengucapkan di depannya.

"Tidak. Bukan Cuma itu. Tapi, ini tentang bagaimana kalian hidup sebagai manusia dewasa. Jika kalian tidak belajar untuk menjadi dewasa dan tetap seperti ini, maka... yang aku takutkan adalah hubungan kalian yang tidak akan bertahan lama."

Unified Heartbeats [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang