~Life Changing Meeting~
Hujan turun dengan derasnya di malam sabtu ini. Angin kencang pun meniup dan mencipratkan beberapa tetes air hujan kepadaku dan membuat bulu kudukku berdiri. Sambil hanya mengenakan celana pendek dan jaket yang tipis yang membalut badanku, aku terduduk seraya memeluk kedua kakiku. Badanku bergetar, menggigil melawan dingin akibat percikan air hujan yang jatuh. Dan aku hanya dapat terdiam pada sebuah emperan bekas toko yang kosong, menunggu hujan untuk berhenti. Entah sampai kapan.
"Apa mungkin hanya sampai sini saja?" Gumamku dalam hati.
Mataku makin lama makin lemah untuk terus terbuka. Pandanganku mulai kabur dan kesadaranku juga mulai menghilang. Dan tak lama, pandanganku mulai menghitam hingga tak ada yang dapat aku lihat sama sekali.
Apa aku tertidur?
Apa aku pingsan?
Entahlah. Tidak ada yang tahu, bahkan diriku sendiri. Dan bahkan, kalau ada yang tahu pun, itu bukanlah manusia.
Aku tak bangun untuk waktu yang cukup lama. Mungkin lebih lama dari yang aku duga. Namun, pada akhirnya, aku terbangun juga. Oleh sesuatu yang menjilati jari-jari pada tanganku saat itu.
Aku membuka mataku, dan memperhatikan sekeliling, memperhatikan jalanan yang kosong selepas hujan. Tak ada yang berlalu lalang. Dan hanya tersisa jalanan yang dipenuhi dengan genangan-genangan air, baik yang besar maupun kecil, dan sisa-sisa air yang menetes dari genting satu persatu.
Dan saat itu juga aku tersadar, bahwa ada seekor kucing berwarna putih yang terduduk dan memandangku dengan... entahlah. Dia hanya terduduk dan memandangiku. Aku tidak bisa mengatakan bagaimana ekspresi seekor hewan. Aku pun membalas pandangannya dengan mengedipkan mataku pelan. Dan sambil mengelusnya, aku berkata, "Apa kamu pergi dari rumah juga?"
Dia tidak membalasku. Tentu saja. Lagipula dia hanyalah kucing jalanan biasa. Justru kalau dia membalasku, akan sangat seram rasanya.
"Apa kamu juga kehujanan semalam? Dan... kedinginan juga?"
Walau ia tak menjawabnya, berbicara padanya merupakan sesuatu... sesuatu yang menyenangkan buatku. Mungkin, bukan hanya menyenangkan. Namun juga, itu membuatku sedikit lebih tenang. Serasa ada yang menemaniku.
Perutku mengeluarkan suaranya. Tanda bahwa perutku kosong tak berisi. Aku baru ingat, bahwa terakhir kali aku makan adalah 2 hari yang lalu. Tidak tepat 2 hari yang lalu, tapi tetap saja lebih dari 1 hari yang lalu. Dan kupikir, kucing ini juga sama.
Aku tidak bisa berhenti disini. Aku tidak boleh menyerah disini. Aku harus memaksa diriku sendiri untuk bergerak dan bertahan lebih lama lagi.
"Ayo... kita cari sesuatu untuk dimakan." Kataku sambil mencoba berdiri dengan lemas.
Namun, saat aku menyodorkan kedua tanganku hendak membawa kucing itu mencari makan, dia berpaling dan pergi menjauh dariku dengan cepat.
"Hei!!" Kataku memanggilnya. Namun, tidak dihiraukan sama sekali.
Aku berjalan mengikuti kemana ia pergi dengan sempoyongan. Aku sudah tidak sanggup berjalan lebih cepat dari ini. Aku terus mengikutinya sampai pada akhirnya, pada sebuah persimpangan jalan, aku melihatnya berhenti dan hanya berdiri di depan seseorang yang berpakaian rapi dan membawa payung kering di tangannya. Mata kita berdua saling menatap dengan keheranan.
Dia berjalan menghampiriku, dan saat sudah cukup dekat aku tersadar, dia adalah pria yang cukup tinggi. Mungkin lebih tinggi dari setengah diriku.
"Apa kamu berada disini sepanjang malam tadi?" Tanyanya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unified Heartbeats [END]
RomanceSetahun sudah Rigel, seorang pemuda SMA biasa, dirawat di sebuah rumah sakit. Ia mulai mendapatkan kembali sesuatu untuk menggantikan segalanya yang hilang darinya sebelum itu. Seakan ia hanya tinggal menunggu waktunya untuk disembuhkan. Tapi, menur...