~A Secret Meeting and the Confession~
"Jadi, mau kapan kita menunggunya, Rigel? Sudah jam segini sekarang..."
"Hmm... aku juga tidak tahu. Mungkin sebentar lagi dia akan mengabariku."
"Haahh~ kenapa harus ada pemeriksaan dadakan, ya? Aneh sekali."
"Entahlah, aku juga merasa aneh."
Ya, sore di keesokan hari setelah kemarin sudah tiba. Tapi, mungkin bisa dibilang ini sedikit melenceng dari rencana awal. Karena Kalani bilang di malam tadi kalau hari ini akan ada pemeriksaan dadakan. Jadi, aku dan Rosalind harus menunggu kabar darinya lagi.
Tapi... ini sudah pukul 4 sore lebih beberapa menit. Dan Kalani masih belum mengabariku dan Rosalind. Aku dari tadi masih memegangi gawai di tangan menunggu jawabannya juga menjadi sedikit cemas. Tapi aku tidak tahu dengan jelas apa yang sebenarnya aku cemaskan. Mungkin, karena kupikir ada sesuatu yang salah dari situasi saat ini.
"Apa mungkin janjinya dibatalkan, ya?" Tanya Rosalind dengan sedikit kecewa.
"Hmm... kalau itu menurutku tidak mungkin. Lagipula, dia tidak pernah sekalipun seperti ini. Waktu itu dia memang pernah membatalkan janjinya denganku, tapi, sebelumnya dia sudah mengabariku kalau memang dibatalkan."
"Begitu, ya? Seharusnya begitu, sih."
Aku balik memandangi ke langit dari balik jendela, terpaku dan terdiam tidak melakukan apa-apa. Makin lama, langitnya semakin berubah warna menjadi jingga. Mataku makin lama makin berat untuk tetap terbuka. Dan saat hendak menutup mataku, suara notifikasi dari gawaiku menyadarkanku.
"Ah! Apa dari Kalani!?" Tanya Rosalind yang sekarang menjadi bersemangat lagi.
Aku pun langsung mengecek gawaiku, sebelum aku menjawab pertanyaannya. "Iya, ini dari Kalani." Kataku sambil melihat isi pesannya. "Dia bilang, kita bisa datang sekarang."
"Kalau begitu, ayo! Keburu malam nanti." Ucapnya sambil menarik-narik tanganku.
"Ah, iya. Sabar, sabar." Aku pun kembali memasukkan gawaiku ke kantong celanaku dan bangkit dari tempat dudukku. "Ayo berangkat."
Sambil mendorong kursi rodanya, aku beranjak pergi dari ruangan Rosalind bersamanya. Menyusuri lorong-lorong ini untuk yang kesekian kalinya. Sekarang ini, rasa bosan dan suntuk benar-benar memenuhi kepalaku. Rasanya aku sudah tidak tahan lebih lama lagi untuk tetap berada di rumah sakit ini. Hanya saja, apa boleh buat.
Dan bukan cuma aku. Rosalind, Kalani, mereka pasti merasakannya melebihi apa yang aku rasakan. Mereka menyusuri lorong-lorong ini lebih banyak dari jumlah aku menyusurinya. Ini membuatku berpikir dan berharap untuk segera meninggalkan rumah sakit ini. Bersama yang lain tentunya, dan berteman layaknya orang normal di luar sana.
"Kita sudah sam... pai..." Mataku dan mata Leo di kejauhan yang saling memandang satu sama lain membuatku terbata-bata saat bicara.
"Hmm? Kenapa bicaranya begitu?" Rosalind menanyakanku dengan heran.
"Ah, tidak apa. Ayo masuk." Aku langsung mengetuk pintunya sesaat kemudian.
"Masuk~" Saut Kalani dari dalam.
Sambil membuka pintunya, aku mendorong Rosalind masuk ke dalam, menemukan Kalani yang sedang terbaring di kasur dan tersenyum saat melihatku berdua bersama dengan Rosalind.
"Kalian datang juga. Maaf, ya, jadi sedikit bergeser janji kita karena dokter mengabariku dengan sangat tiba-tiba. Sekali lagi, maaf, ya?" Sambil sedikit memelas, ia meminta maaf sambil menjelaskan sedikit tentang keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unified Heartbeats [END]
RomanceSetahun sudah Rigel, seorang pemuda SMA biasa, dirawat di sebuah rumah sakit. Ia mulai mendapatkan kembali sesuatu untuk menggantikan segalanya yang hilang darinya sebelum itu. Seakan ia hanya tinggal menunggu waktunya untuk disembuhkan. Tapi, menur...