~Rosalind and Leo~
Kalau kalian pikir yang aku tunjukkan tentang apa yang terjadi denganku dan Rigel sebelum hari operasi ini sudah cukup, kalian salah besar. Tapi, bukankah lebih menyenangkan kalau memang salah sejak awal? Karena kesalahan itu bisa membawa senyum kalian di saat sekarang ini. Tapi, itu kalau hari-hari yang baru saja dijalani sama menyenangkannya.
Kembali ke topik, yang mungkin, semua sudah dapat ditebak juga. Sesuatu yang masih belum terungkap. Sesuatu yang terjadi antara aku dan Leo di hari itu. Di hari pertama kalinya bertemu dan bicara padanya.
Lihatlah. Bayangkanlah.
Memoriku. Dan ingatanku.
***
Saat itu, hari sudah semakin gelap. Matahari sudah turun semakin dalam dari tempatnya yang sebelumnya. Kulihat Rigel berjalan dengan Kalani menyusuri lorong meninggalkanku berdua dengan Leo yang masih terdiam di depan ruangan Kalani kala itu.
"Mereka... lumayan cocok, ya, ternyata?"
"Aku pikir tidak."
Hmm? Kupikir akan cukup aneh bila seseorang yang selalu hidup mendampinginya, menemaninya, dan menjaganya mengatakan hal seperti itu tentangnya. Tapi, saat mengingat keadaan yang sebenarnya, kupikir ini jadi sedikit lebih masuk akal.
"Apa... alasannya karena itu?" Kataku sedikit pelan. Mungkin, ia bahkan tidak mendengarnya.
"Hmm? Kenapa?"
Pasti dia punya alasan sendiri kenapa ia menyembunyikan keadaan Kalani ini. Apakah untuk melindungi Kalani atau sebaliknya. Tapi, itu semua sama saja. Apapun alasan yang ia punya dan ia pilih, aku harus menghargainya. Dan mungkin, "Tidak apa." Menjadi respon paling tepat dari pertanyaannya yang barusan.
"Sudahlah. Lebih baik aku langsung segera mengantarmu ke ruanganmu." Katanya sambil mendorong kursi rodaku ke arah yang berlawanan dengan arah yang dituju Rigel dan Kalani.
"Kenapa buru-buru begitu?" Tanyaku mencoba mengakrabkan diri.
"Aku masih punya banyak pekerjaan yang lebih penting dari hanya mengantarkanmu."
Heehh? Kenapa dia jadi ketus begini? Apa ada yang salah dengan yang kukatakan? Dirinya yang sekarang berbeda dari dirinya beberapa menit yang lalu. Dan pasti ada alasan dibalik itu semua. Alasan itu pastinya... adalah aku.
Lorong rumah sakit yang kususuri dengannya terasa sangat sepi. Banyak orang ada di dalam ruangan mereka masing-masing. Ruang perawatan kalau mereka pasien, dan ruang kerja kalau mereka pekerja. Sesekali kulihat seorang perawat sedang mendampingi pasien yang mereka rawat. Atau seorang dokter yang sedang berdiskusi dengan perawat atau rekan kerjanya mengenai apapun yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Aku memperhatikan mereka semua satu per satu karena tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan. Leo tidak mau mengajakku bicara dan tidak merespon kata-kataku dengan antusias. Dan itu membuatku kehilangan semangat dan merasa bosan di tengah suasana ini.
Tapi... apa yang Leo lakukan selanjutnya mungkin tidak terpikirkan olehku beberapa saat ini.
"Jadi... bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanyanya penuh perhatian.
"Eh? Umm... ya... sudah lebih baik."
Leo terdengar menghela nafasnya dengan panjang, dan berkata, "Ternyata kamu memang ingat, ya?"
Apa... maksudnya? Aku... Tidak. Aku sepertinya mengerti apa maksudnya. Tapi akan lebih baik kalau aku berpura-pura sedikit.
"Ke-kenapa? Ingat apa?" Tanyaku sedikit berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unified Heartbeats [END]
RomanceSetahun sudah Rigel, seorang pemuda SMA biasa, dirawat di sebuah rumah sakit. Ia mulai mendapatkan kembali sesuatu untuk menggantikan segalanya yang hilang darinya sebelum itu. Seakan ia hanya tinggal menunggu waktunya untuk disembuhkan. Tapi, menur...