YOUNG PILOT 4

2 1 0
                                    

~Date!!~


Setelah berjalan cukup lama, dan menempuh jarak yang lumayan jauh pula dari tempatku semula, aku dan Kalani akhirnya sampai di depan air mancur di tengah-tengah rumah sakit ini. Air mancur yang ukurannya sangat besar, bahkan menurutku sedikit lebih besar dari lingkar tengah lapangan sepak bola. Dan tingginya juga sudah setara dengan bangunan 2 atau 3 lantai. Aku tidak paham kenapa mereka membangun sesuatu sebesar ini disini, tapi, aku tidak mengeluhkannya. Karena menurutku ini cukup bagus juga.

Aku dan Kalani mengitari air mancur tersebut, dan memperhatikan setiap sisinya dengan seksama. Wajah gembira dan antusias benar-benar tergambar jelas pada Kalani. Ia, dengan semangatnya membicarakan banyak hal tentang air mancur ini denganku. Mulai dari puncak air mancurnya yang berbentuk detakan jantung yang biasanya tergambar di EKG dan memancarkan airnya, lalu ikan-ikan koi yang mengerubungi makanan yang baru saja disebarkan petugas di kolam dibawahnya, sampai bunga-bunga yang tumbuh dan tertata rapi di sebelah air mancur itu.

Selain aku dan Kalani, ada banyak lagi orang, baik pasien, perawat, dokter, atau petugas lain yang sedang berada disitu menikmati air mancurnya. Beberapa ada yang sibuk dengan gawainya, ada beberapa anak-anak yang bermain di rerumputan sekitar taman dengan sebuah bola karet, ada juga yang berjalan berkeliling taman, dan yang duduk di bangku saling mengobrol dengan rekannya.

"Mau istirahat dulu?" Kataku menawarkan Kalani.

"Hmm... boleh, juga." Jawabnya. "Di bangku itu bagus juga. Mumpung orang yang disana baru saja pergi." Tambahnya sambil menunjuk bangku di ujung taman yang dipayungi sebuah pohon besar di sebelahnya.

"Okeey..." Aku langsung melesat, mendorong kursi rodanya sedikit lebih cepat.

Alu duduk di bangku, mengistirahatkan tanganku di atas pahaku. Kepalaku terangkat dan nafasku terasa berat. Mataku yang terpejam, masih dapat merasakan secerah cahaya yang menerobos di antara dedaunan pohon itu.

Kalani pun sama. Saat aku meliriknya, ia terlihat meregangkan badannya, melepas lelahnya karena telah duduk di kursi roda itu selama beberapa jam. Mungkin dia tidak terbiasa seperti Rosalind. Walau Rosalind baru memakainya selama beberapa bulan, sih.

"Haahh~ lelah sekali..." Kata Kalani.

Aku memperhatikannya. Memperhatikannya dengan seksama. Senyumnya terlukis lebar di wajahnya. Matanya yang berkaca-kaca dan berkilauan memandang lurus ke langit biru yang berawan dengan ceria.

"Tampaknya, hari ini benar-benar terasa lebih indah, ya, dari hari-hari biasanya." Ucapnya sambil tetap tersenyum memperhatikan langit.

"Hmm... kalau bicara soal cuacanya, aku juga setuju kalau sekarang lebih cerah dari kemarin."

"Ahahahah...."

"He? Kenapa ketawa??"

"...hahahah, tidak ada apa-apa, hanya lucu saja."

"Lucu...?"

"Yah, karena bukan itu yang aku maksud dengan 'indah' barusan."

Apa kencan ini yang membuatnya beranggapan kalau hari ini terasa jadi lebih indah? Mungkin, kalau hari ini hujan pun, selama dia tetap kencan denganku, maka dia tetap akan bilang kalau hari ini lebih indah.

Tapi, pada akhirnya, aku tak mau terlihat sok percaya diri dengan mengatakan itu lewat mulutku.

"Mmm-mungkin kamu benar." Jawabku singkat walau sedikit ragu.

"Oh iya, aku tidak pernah tahu tentangmu sejak pertama kali bertemu."

"Hmm... benar juga."

"Aku mungkin punya banyak pertanyaan, tapi, aku tak tahu harus mulai dari mana..."

Unified Heartbeats [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang