4) Mas, katanya kita pura-pura gak kenal?

4.1K 1.1K 667
                                    

Perempuan berambut sebahu ini berjalan mengekor bersama wali kelas menuju kelas barunya. Melewati koridor SMK Janitra, dia masih menatap sekolah ini penuh kekaguman.

"Ibu, Bapak, Nara bisa sekolah di kota. Sekolahannya besarrrrr banget. Nara janji bakalan rajin belajar, buat Ibu sama Bapak bangga," ucapnya dalam hati. "Sama mami dan papi juga."

"Ayo masuk, Nara," kata Ibu Guru Feni yang dibalas anggukan Nara. Mereka memasuki ruangan kelas yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu setengah semester ke depan.

"Pagi anak-anak."

Kumpulan murid yang memakai seragam yang sama dengan Nara, berlarian menuju meja mereka masing-masing dan duduk rapi saat guru datang. Di meja kedua dari belakang, ada sosok Narendra yang mencopot headset dan menaruhnya di kolong meja.

"Pagi, Bu," sahut mereka.

"Ibu mau mengucapkan selamat memulai kegiatan belajar lagi setelah liburan semester satu. Gimana liburannya selama dua minggu ini?"

Nara memerhatikan teman-teman barunya yang saling sahut-menyahut dengan semangat. Saat pandangan perempuan berambut sebahu ini bersirobok dengan Narendra, senyumnya pudar. Lelaki itu melotot, membuat Nara balas melakukan hal sama.

"Oke-oke cukup." Bu Feni menyuruh mereka untuk kembali tenang. "Ternyata macam-macam ya, ada yang jalan-jalan, ada yang di rumah aja."

"Ada juga yang jadi sad boy gara-gara diputusin, Bu. Saya!" imbuh laki-laki yang duduk di bangku belakang sambil mengangkat tangannya tinggi. Jelas aja, dia langsung disorakin yang lain, Nara ikutan memberi respons dengan tawa kecil.

Bu Feni menggeleng sambil tersenyum. Ada-ada aja kelakuan anak muridnya.

"Baik, di semester ini ... kita kedatangan teman baru, lho. Dia akan jadi bagian dari kelas 11-1. Ayo perkenalkan diri dulu, Nak." Bu Feni mempersilakan Nara.

"Halo semua." Dia melambaikan tangan sambil tersenyum lebar. "Nama aku Kinara. Bisa dipanggil Nara. Salam kenal, semoga kehadiranku di sini bisa diterima dengan baik."

"Haiiiiii Nara," sahut anak-anak di kelas ini, walau gak semua.

"Oke, berhubung cuma ada satu bangku yang tersisa di belakang ... kamu duduk di sana, ya?"

"Baik, terima kasih, Bu."

"Iya, silakan."

Nara berjalan menuju bangkunya, bersebelahan dengan seorang anak laki-laki berkacamata tebal dan berbadan tambun. Dia sempat tersenyum ke arah teman sebangku, kemudian menaruh bokong di kursi.

"Lho? Narendra, Ibu baru sadar kok kamu pindah duduk di situ?"

Nara melihat ke arah laki-laki yang duduk di bangku depannya persis. Emang Narendra harusnya duduk di mana?

"Oh, ini, Bu ... Saya kasian sama Satria. Kacamata minus-nya udah tebel, biar dia duduk di bangku depan aja," jawab Narendra yang membuat Bu Feni mengangguk.

"Baik kalau begitu," ucap Bu Feni, sekarang melihat ke arah luar. Di sana udah ada guru yang akan mengisi pelajaran di kelas ini. "Ibu keluar dulu karena Bu Risma udah datang. Siapkan buku dan alat tulis kalian."

"Baik, Bu," sahut anak-anak kelas.

Nara ikut mengeluarkan buku dan tempat pensilnya, menaruh benda itu ke atas meja.

"Nama kamu siapa?" tanya Nara pada laki-laki di sebelahnya.

Narendra melirik perempuan yang duduk di belakangnya lewat ekor mata. Sekalian menguping.

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang