11) Mas, ngapain ngintip di sini?

3.7K 1K 401
                                    

"Pagi, Mas. Gimana? Udah mendingan belum?" tanya Nara yang pagi ini duduk di kursi yang biasa dia duduki di meja makan.

"Hm," jawab laki-laki itu singkat. Dia pakai jaket hitam sebagai luaran seragam untuk menutupi ruam-ruam merah karena alergi.

"Lain kali kalau Mas Rendra alergi atau gak suka sesuatu, ngomong aja, Mas," ucap perempuan berambut sebahu ini yang menyelipkan rambut ke belakang telinga.

"Gue gak suka Justin," lirihnya yang buat Nara membulatkan mata. "KENAPA LO NATAP GUE GITU? HAH?" Narendra yang kini menyandarkan punggung ke badan kursi, ikut melotot.

"Eng-gak. Cuma bingung aja." Nara menggaruk kepalanya yang gak gatal. "Emangnya Justin bisa dimakan?" lirihnya dan setelah itu dia menutup mulut. Menatap Narendra seolah gak percaya.

"Kenapa?"

"Saya beneran gak nyangka," Ada jeda dalam ucapannya karena Nara mendekatkan wajah sedikit ke depan, memelankan suara, "Mas punya cita-cita jadi kanibal, ya?"

Narendra mengatupkan bibir. Bener-bener gak habis pikir kenapa bisa Nara menyimpulkan maksud ucapannya sependek itu.

"KENAPA? LO MAU GUE MAKAN? SINI, GUE MAKAN TANGAN LO!"

Nara teriak saat Narendra menarik tangannya yang ada di atas meja. Melihat itu, Narendra terkekeh dan bikin kepanikan Nara hilang. Dia malah ikutan ketawa, sampe gak sadar kalau mami dateng dan senyam-senyum liat kelakuan mereka pagi ini.

"Tumben akur, pagi-pagi udah megangin tangan sambil ketawa-tawa."

Mendengar nyinyiran mami, dengan cepat Rendra menjauhkan tangannya dari tangan Nara dan menatap sang mami.

"Gak kaya apa yang Mami liat," sahut Narendra, didukung dengan anggukan Nara.

"Mami seneng lho kalau kalian begini. Emang udah seharusnya begitu. Apalagi kemaren juga nge-date, kan?"

"Mam, bisa gak jangan buat rumor sampah?" kata Narendra yang memutar bola mata. "Rendra sama Nara gak ada apa-apa."

"Okeee, kita bahas yang lain aja Baby Boy," balas mami yang sempat mengelus dagu anak laki-lakinya, dan setelah itu duduk di samping Nara.

"Tama ke mana, Mam? Biasanya sama Mami?" Nara sempat melihat ke daun pintu, tapi sosok Tama gak muncul.

"Kesiangan, Sayang. Tadi pas Mami ke kamar baru bangun."

"Kalo papi?" tanya Nara lagi.

"Papi udah pergi pagi tadi, ada urusan pekerjaan jadi harus berangkat lebih cepat hari ini," kata Mami yang merapikan poninya. "Kalian makan duluan aja, bentar, Mami siapin."

Sambil sarapan, mami kasih wejangan ke Nara buat terus jaga Narendra apalagi masalah makan. Selain alergi udang, mami kasih tau Nara kalau Narendra juga alergi kucing. Dia selalu bersin-bersin kalau ada di deket hewan satu itu. Padahal Nara suka banget sama kucing.

"Siap, Mam. Mulai sekarang Nara akan jaga Mas Narendra dengan baik," ucap Nara yang baru selesai mengunyah. Anak itu menegakkan duduk, kemudian memberi hormat ke mami dengan tangan kanan. "Itung-itung Nara di sini gantiin posisi ibu, ibu juga selama ini kerja buat ngurusin Mas Narendra dan Mas Tama, jadi pas ibu gak ada ... Nara yang ambil alih."

Mami menarik kedua sudut bibir ke atas, kemudian mengacak rambut anak perempuan yang duduk di sebelahnya dan bicara dengan nada ceria. Dia jadi ingat dengan sesuatu di masa lalu, dan itu membuatnya sedikit merasa sedih.

Nara yang tengah jalan di koridor sekolah dan membuntuti Narendra di belakangnya, refleks bergerak maju dan merentangkan tangan saat melihat sesuatu di pinggir kanan---yang merupakan kebun sekolah---sedang menjilati tubuhnya. 

"Lo ngapain, sih?" tanya Narendra yang menghentikan langkah dan menatap perempuan berambut sebahu yang bertingkah aneh berjalan miring sembari merentangkan tangan seolah melindungi dia.

Nara memicingkan mata, menatap si penyebab alergi Mas Narendra yang lain. Sadar diperhatikan, kucing oren yang sedang menjilati tubuhnya sekarang menatap Nara dan Narendra.

"Mas, dalam hitungan ketiga kita lari, ya. TIGA! AYO MAS LARIIIII."

Nara menarik tangan Narendra, membuat lelaki itu ikut berlari konyol sementara kucing yang ada di dekat kebun sekolah kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terganggu karena Nara.

"LO NGAPAIN?"

"Ngelindungin Mas Rendra, biar alerginya gak kambuh," kata Nara. "Tutup idungnya, Mas. Nanti bersin-bersin!"

"STOP-STOP!" Narendra berhenti berlari, menarik tangan Nara agak kuat sampai kepala perempuan itu membentur dadanya.

Nara mengusap-usap kening yang tertutup poni, kemudian mendongak dan menatap Narendra dengan wajah cemberut.

"Lo tuh sama aja kaya mami, ya? Berlebihan," katanya. "Gue cuma bersin biasa kalau ada di deket kucing, tapi yang tadi jaraknya jauh! Lo perlakuin gue seolah kalo gue liat kucing dalam jarak terjauh sekalipun, gue bakalan mati saat itu juga!"

"Saya cuma gak mau masalah yang kemarin keulang lagi. Saya kan berusaha jadi teman yang baik buat Mas, jadi sebisa mungkin saya mau lindungin Mas Rendra gitu, lho."

Narendra menaikkan satu sudut bibir ke atas, menunduk supaya wajahnya bisa sedikit lebih dekat dengan Nara. Dia menggunakan jari telunjuknya untuk menekan-nekan jidat Nara beberapa kali. "Gue gak butuh dilindungi, gue bukan hewan yang terancam punah. Ngerti?"

Setelah mengatakan itu, dia berjalan cepat meninggalkan Nara yang terbengong-bengong dengan kelakuan anak majikannya.

***

Nara keluar kamar dan mengetuk pintu kamar di sebelahnya. Dia niatnya mau tanya-tanya tugas sama Narendra. Untuk pelajaran lain, Nara cukup baik dan mampu mengikuti. Tapi di pelajaran bahasa inggris dan olahraga, dia lemah. Beruntungnya, Narendra pintar bahasa inggris jadi Nara bisa manfaatkan lelaki itu buat bantu ajarin dia.

Berulang kali diketuk, gak ada sahutan dari dalam. Saat Nara coba buat putar knop pintu dan melongokkan kepala ke dalam, ternyata kamarnya kosong.

Nara menutup pintu kamar Narendra, dan memutuskan buat cari lelaki itu di tempat lain. Dia mau tanya sama mami tapi wanita itu juga gak keliatan batang hidungnya.

Perempuan berambut sebahu ini memundurkan langkah lagi ketika melihat sesosok laki-laki jangkung yang mengenakan kaos hitam dan celana selutut tengah memperhatikan sesuatu di lorong diam-diam. Itu Mas Narendra!

Dengan cepat, Nara menghampiri dan berdiri di belakangnya. Ikut melongok karena penasaran Mas Narendra lagi liatin apa. Ternyata, ada sebuah pintu yang merupakan ruangan di lorong rumah ini.

"Mas, ngapain ngintip di sini?" Mendengar ada makhluk lain di sekitarnya, Narendra kaget. Dia langsung berbalik arah dan melihat kalau Nara ada di belakangnya. "Ngeliatin apaan sih ... hmph Mas!"

Narendra membekap mulut Nara dengan tangan, kemudian membawanya menjauh dari sana sebelum mami memergoki mereka yang penasaran dengan ruangan di lorong yang dari dulu gak boleh dimasuki siapa pun selain dia dan papi. Ruangan itu selalu dikunci dan bener-bener tertutup. Dulu Narendra sempat tanya ke Bu Darmi, tapi ibu dari Nara itu juga bilang kalau dia gak tau.

Rasa penasaran Narendra udah sampai ubun-ubun saat gak sengaja liat mami berjalan ke sana dan masuk ke dalam. Padahal sekarang usia dia udah 17, tapi kenapa mami dan papi gak pernah mau menceritakan ada apa di balik ruangan di lorong itu?

***

A/n : Sori baru update wakakak ....
Gaisss, kemungkinan bulan depan Kak Eunha open PO. Yang mau meluk Una sama Jeka boleh banget nabung yaaa💖 Harusnya terbit tahun lalu cuma bentrok sama HYM jadi Kak Eunha ngalah deh:(
17/1/21, 21.52

Mas Narendra✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang